NYATANYA.COM, Sleman – Cuaca sedang bersahabat dengan masyarakat Dusun Cibuk Kidul, Kalurahan Margoluwih, Kapanewon Seyegan, Kabupaten Sleman, Sabtu (19/11/2022).
Bagaimana tidak, setelah beberapa hari sebelumnya hujan mengguyur lebat dihampir seluruh wilayah di Yogyakarta, tak terkecuali di Cibuk Kidul, hari ini diberi cerah yang membuat warga di dusun ini sumringah.
Ya, karena di dusun yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Yogyakarta inilah event tahunan Ngayogjazz digelar offline secara penuh, setelah 2 tahun sebelumnya diadakan secara daring, karena pandemi Covid-19.
Ribuan masyarakat pun membaur dalam atmosfir pertunjukan dalam ruang pedesaan sebagaimana konsep pertunjukan Ngayogjazz yang selalu digelar di sebuah desa, jauh dari hiruk pikuknya kota.
Mengusung tagline “Kena Jazz-e, Tetep Bening Banyune”. Diambil dari falsafah Jawa “Kena iwak-e, tetep bening banyune” yang artinya “menangkap ikannya tapi jangan membuat keruh airnya”.
“Walaupun event sebesar ini dilaksanakan di desa tetapi ekosistem desa tidak akan luntur dengan hadirnya event ini, artinya dari sisi sustainabilitas tetap terjalin dengan baik,” beber Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, S.H., M.Ed dalam seremoni pembukaan Ngayogjazz 2022, Sabtu (19/11/2022) di Panggung Welut.
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa, SE sebelumnya menyebut, sebuah kebanggaan event Ngayogjazz selalu digelar di pedesaan yang masih kental dengan iklim sawah, penduduknya, rumah-rumah tradisional.
“Ini yang setiap tahun menjadi ajang rindu masyarakat pecinta jazz, menikmati jazz tapi di tengah-tengah masyarakat. Ini yang bisa kita jual kepada penggemar kita, makanya slogan Ngayogjazz tahun ini, Kena Jazz-e, Tetep Bening Banyune,” kata Danang.
“Tetep sukses jazz-e, ning maju pariwisatane karo UMKM-e. Inilah yang menjadi semangat kita bersama,” imbuh Danang Maharsa disambut tepuk tangan masyarakat penonton.
Usai seremoni pembukaan dan arak-arakan Ngayogjazz, mengawali penampilan di Panggung Welut adalah Acapella Mataram, Tari-Karawitan Mudha Laras, dan dilanjutkan penampilan apik Sraddha Jalan Mulia Art Project dan ditutup penampilan Ari Wvlv.
Festival jazz yang dihadirkan di tengah desa dengan segala kearifan lokalnya menjadikan Ngayogjazz bukan sekadar konser musik, melainkan juga menjadi peristiwa budaya penuh nilai.
Ada enam panggung yang tersebar di beberapa sudut Dusun Cibuk Kidul dengan nama ikan, mempresentasikan keunggulan dan potensi wilayah Cibuk Kidul yang memang berlimpah sumber air.
Panggung Cethul dengan penampil Deo & Friend (Magelang Jazz Community), Root Blues (Jogja Blues Forum), Sax Party, Gaga Gundul (Pemai – Perancis & Gayam 16 – Indonesia), Kua Etnika feat Bonita, dan ditutup penampilan Barry Likumahuwa Jazz Connection.
Kemudian Panggung Sidhat dengan penampil D’Fours & Will Star (Trenggalek Jazz Community), De Hope (Komunitas Jazz Jombang), Huaton Dixie, Kemisan Jazz (Komunitas Jazz Malang), Yohanes Gondo Trio, FjazzC-Team (Komunitas Jazz Surabaya), dan MZ x Joyosudarmos.
Panggung Tawes menampilkan Gana Siddi (Jes Udu Purwokerto), Rizky Dana feat Blue Batik Replika (Pekalongan Jazz Society), Kencana Band (Komunitas Jazz Lampung), Andi Bayou feat Vika Rahmia, Enchante (Jazz Ngisoringin Semarang), Nona Sepatu Kaca (Komunitas Jazz Jogja), MLDJAZZPROJECT, dan NonaRia x Dua Empat.
Sedangkan di Panggung Sepat, ada penampilan Treestone (Komunitas Jazz Jogja), Mahakam Jazz River (Komunitas Jazz Samarinda), ISI Yogyakarta Big Band,KopiJazz featuring Cendana Singers (Komunitas Jazz Kediri), National Jeugd Jazz Orkest (NJJO) & Maarten Hogenhuis (Belanda), SanDrums H Sri Hanuraga feat Rodrigo Parejo), dan Monita Tahelea.
Dan di Panggung Wader menampilkan Five in One (Komunitas Jazz Jogja), Syfa N Friends (Komunitas Jazz Jogja), Jazz Anak Nusantara (Komunitas Jazz Jogja), Alfado Jacob Trio (Solo Jazz Society), Irsa Destiwi Quintet, Os Seis No Palco (Komunitas Jazz Jogja), Modern Blues (Jogja Blues Forum), dan dipungkasi penampilan Taksu.
Sedangkan pranatacara alias MC ada nama Alit Jabangbayi, Gundhisos, Santi Zaidan, Diwa Hutomo, Lusy Laksita, Gepeng Kesana Kesini, Putri Manjo, Hendro Plered, Bambang Gundul, Fira Sasmita, dan Simbah Unggry.
Agenda yang selalu ada di setiap acara Ngayogjazz adalah pertukaran ilmu dan pengalaman dalam workshop bersama musisi bertajuk Reriungan.
Momen ini menjadi wadah untuk persemaian “bibit” musisi jazz. Sehingga jazz akan selalu lestari dengan musisi-musisi berkualitas.
Selain kegiatan bermusik, kesenian tradisional dan Pasar Jazz adalah bentuk keterlibatan dan partisipasi warga masyarakat setempat sebagai tuan rumah penyelenggaraan Ngayogjazz.
Pasar Jazz adalah salah satu bentuk dukungan dalam turut memajukan UMKM desa dimana banyak stan yang menampilkan beragam produk kerajinan dan kuliner potensi Desa Cibuk Kidul.
Selain itu, berbagai komunitas seni, fotografi, otomotif, edukasi hingga perupa pun juga turut diberikan ruang untuk memeriahkan perhelatan tahunan ini.
Sayangnya Ngayogjazz hanya digelar satu hari. Pun juga Ngayogjazz 2022 yang harus dipungkasi pada pukul 22.00 WIB. Tetapi begitulah Ngayogjazz selalu meninggalkan rindu untuk kembali bertemu pada perayaan tahun depan.
(Aja)