NYATANYA.COM, Yogyakarta – Setelah dipamerkan di Erasmus Huis Jakarta pada 19 November hingga 11 Desember 2021. Kini sebanyak 141 karya foto jurnalistik terbaik dunia, World Press Photo 2021 dipamerkan di Yogyakarta.
Pameran yang digelar di Pendhapa Art Space dari 18 Desember 2021 hingga 9 Januari 2022 menyuguhkan karya para pemenang dari kontes World Press Photo 2021 dan dibawa ke Indonesia atas dukungan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Indonesia dan Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis.

“Erasmus Huis sangat senang menyambut Pameran World Press Photo 2021 ini di Indonesia. Setelah 1,5 tahun menggelar acara melalui (e-rasmus huis), program budaya virtual kami, saya sangat senang mempersembahkan pameran ini secara langsung (luring) sehingga penonton Indonesia memiliki kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan kisah-kisah yang diceritakan di pameran ini, pertama di Jakarta dan sekarang di Yogyakarta,” kata Direktur
Erasmus Huis Yolande Melsert dalam pembukaan pameran, Jumat (17/12/2021) malam.
World Press Photo merupakan salah satu pameran foto jurnalistik dan fotografi dokumenter paling terkenal di dunia. Foto jurnalistik memainkan peran yang semakin penting di dunia: foto-foto ini menunjukkan kepada kita apa yang sedang terjadi dan mengingatkan kita akan tanggung jawab kita.
“Belanda menganut hak atas ekspresi budaya sebagai unsur dari kebebasan berpendapat, yang merupakan prinsip yang patut diakui dan dipertahankan secara internasional. Dengan pameran ini kami berharap dapat berkontribusi atas pertukaran ide dan dialog untuk mendukung kebebasan berekspresi,” imbuh Huis Yolande Melsert.

Sejak tahun 1955, Kontes World Press Photo yang diselenggarakan setiap tahunnya telah mengangkat foto-foto terbaik dari fotografer profesional – disajikan sebagai foto tunggal atau foto cerita dalam delapan kategori – yang berkontribusi dalam jurnalisme visual di tahun lalu.
Tahun ini 4.315 fotografer dari 130 negara menyerahkan 74.470 foto. Pemenang Kontes World Press Photo 2021 adalah 45 fotografer dari 28 negara: Argentina, Armenia, Australia, Bangladesh, Belarusia, Brasil, Kanada, Denmark, Prancis, Yunani, India, Indonesia, Italia, Iran, Irlandia, Meksiko, Myanmar, Peru, Filipina, Polandia, Portugal, Rusia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Belanda, Amerika Serikat.
Juri independen yang terdiri dari 28 fotografer profesional dan diketuai oleh NayanTara Gurung Kakshapati, memilih gambar dan cerita terbaik tahun 2020.
Di tahun yang ditandai oleh pandemi Covid-19 dan protes keadilan sosial di berbagai belahan dunia, para pemenang berbagi keragaman interpretasi dan perspektif untuk hal tersebut serta isu-isu mendesak lainnya seperti krisis iklim, hak asasi transgender, dan konflik teritorial.

Seorang penduduk Laurel, yang kembali ke rumah sebentar untuk mengambil barang-barang, membawa patung-patung keagamaan, pada 14 Januari 2020. (Foto: Agoes Jumianto)
Juri Kontes World Press Photo 2021 memilih foto karya Mads Nissen yang berjudul “The First Embrace” sebagai World Press Photo of the Year, dan “Habibi” karya Antonio Faccilongo sebagai World Press Photo Story of the Year.
Dewan juri juga memilih pemenang dalam delapan kategori: Isu Kontemporer, Berita Umum, Lingkungan, Proyek Jangka Panjang, Alam, Berita Aktual, Olahraga, dan Potret.
Pewarta foto dari Indonesia Joshua Irwandi meraih juara dua dalam kategori Berita Umum (General News) untuk fotonya yang berjudul “The Human Cost of Covid-19”. Sebuah foto memilukan dari pandemi ini, korban jiwa dari Covid-19”. Foto ini masih tetap menjadi pengingat akan ancaman terus-menerus yang ditimbulkan Covid-19 kepada kita.
Setelah melihat bagaimana foto ini diterima secara positif atau negatif oleh publik, di tengah ancaman terhadap pekerjaan kami akibat kuatnya arus disinformasi, penghargaan ini juga berarti bahwa kami mendobrak rintangan terhadap kebebasan pers yang terjadi tidak hanya di Indonesia, namun juga di belahan dunia lainnya dimana jurnalis seringkali dibungkam.
“World Press Photo, dengan semua karya pemenang yang dipilih, menjadi salah satu pendukung dan pelindung terkuat dari upaya ini,” pungkas Huis Yolande Melsert.
(Aja)