Home / Wisata

Minggu, 22 Mei 2022 - 15:01 WIB

Olahrasa Lewat Olahraga Tradisional Jemparingan, Mau Coba?

Jemparingan merupakan olahraga panahan yang telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Permainan ini berasal dari kata jemparing atau anak panah. Foto: Diskominfo Jateng

Jemparingan merupakan olahraga panahan yang telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Permainan ini berasal dari kata jemparing atau anak panah. Foto: Diskominfo Jateng

NYATANYA.COM, Semarang – Menyebut jemparingan, mungkin tak banyak yang tahu apa. Begitu pula jika melihat aksi olahraga satu ini. Kebanyakan orang akan menyebutnya sebagai panahan.

Saat ini jemparingan memang tidak populer di masyarakat. Padahal, olahraga tradisional ini sudah ada sejak lama. Karena itu pula, Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah mengajak pegiat event, guru olahraga dan pengelola objek wisata, mengenal jemparingan.

Sedikitnya, 50 orang mendapat pelatihan singkat jemparingan di Omah Alas, di Desa Wisata Kandri, Gunungpati, Semarang, Sabtu (21/5/2022).

Maestro jemparingan asal Solo, Edy Roostopo, yang didaulat menjadi pelatih bersama Agung Sumedi, mengapresiasi kegiatan itu.

Menurutnya, jemparingan perlu dipopulerkan kepada masyarakat. Selain melestarikan budaya Jawa, jemparingan juga bisa menjadi batu loncatan menuju olahraga panahan modern.

“Jemparingan itu mementingkan rasa. Nah ketika sudah bisa menguasai jemparingan, mau pindah ke cabang panahan modern bisa. Olahraga ini juga memberikan rasa fokus dan ketenangan,” sebutnya di sela-sela kegiatan.

Jemparingan merupakan olahraga panahan yang telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Permainan ini berasal dari kata jemparing atau anak panah. Foto: Diskominfo Jateng

Ia menyebut, olahraga jemparingan termasuk olahraga murah. Jika dibandingkan dengan panahan modern, satu set alat jemparingan (busur dan anak panah) dapat diperoleh dengan harga Rp1,2 juta. Sementara, alat panahan modern harganya di atas Rp5 juta.

Baca juga   Empat Desa Kabupaten Semarang Jadi Kandidat Percontohan Antikorupsi dari KPK

“Di Solo Raya ada 57 klub jemparingan, kalau di DIY ada 60 klub. Saat ini perkembangannya luar biasa. Harapannya olahraga ini bisa digeluti siswa siswi sekolah dasar,” imbuh Edy.

Edy mengatakan jemparingan merupakan olahraga panahan yang telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Permainan ini berasal dari kata jemparing atau anak panah.

Olahraga jemparingan sendiri sangat mirip dengan panahan modern. Namun, ada perbedaan yang mendasar, yakni pada posisi membidik. Jika panahan modern dilakukan secara berdiri, jemparingan dengan lenggah (duduk) bersila atau bersimpuh bagi perempuan.

Selain itu, saat berlatih jemparingan peserta pria biasanya memakai surjan lengkap dengan jarik, plus ikat kepala. Sedangkan perempuan biasanya memakai kebaya.

Saat berlatih jemparingan peserta pria biasanya memakai surjan lengkap dengan jarik, plus ikat kepala. Sedangkan perempuan biasanya memakai kebaya. Foto: Diskominfo Jateng

“Dulu setelah 1960-an, olahraga ini dimodifikasi jadi posisi busur agak miring. Kalau yang asli itu, posisi panah horizontal kemudian menarik busur dari dada atau manah yang berarti hati,” jelasnya.

Sub Koordinator Seksi Olahraga Rekreasi dan Industri Olahraga Disporapar Jateng Anton Asviani mengatakan, pelatihan tersebut dilakukan untuk menggelorakan wisata olahraga. Hal itu tak lepas dari potensi sport tourism yang dapat dikembangkan di penjuru Jawa Tengah.

Baca juga   Duta GenRe Putra Sukoharjo Raih Juara 1 Jawa Tengah

Ia menyebut, terdapat event sport tourism di Jateng yang bersifar masif. Seperti Borobudur Marathon atau Tour De Borobudur, yang sekaligus memunyai manfaat ekonomi tinggi.

“Sport tourism (wisata olahraga) di Jawa Tengah potensinya besar. Inisiatif kami agar orang yang mau berwisata mau datang karena ada sesuatu yang unik, satu di antaranya olahraga tradisi jemparingan,” ucap Anton.

Menurutnya, di Jateng banyak terdapat olahraga tradisi. Seperti jemparingan, egrang, dan sebagainya, yang dapat dibungkus sepaket dengan kunjungan destinasi wisata.

Selain melestarikan budaya Jawa, jemparingan juga bisa menjadi batu loncatan menuju olahraga panahan modern. Foto: Diskominfo Jateng

“Inisiatif kita untuk angkat olahraga tradisional, karena potensi alam di sekitar bisa dibikin alat olahraga. Seperti gendewa (busur) jemparingan dari bambu petung. Itu bisa jadi suvenir olahraga dan suvenir pariwisata. Bisa juga dijadikan paket wisata,” urainya.

Seorang peserta dari Ikatan Guru Olahraga Nasional (Igornas) Angga Raditya bersyukur dapat mengikuti latihan tersebut. Ia akan menularkan ilmu yang didapat kepada murid-muridnya.

Sementara itu, Pengelola Omah Alas Masduki berharap agar olahraga jemparingan dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata.

“Setelah Covid-19 harapannya jemparingan dapat dijadikan paket di Omah Alas. Di sini pun olahraga tradisionalnya sudah banyak dikembangkan,” pungkas Masduki.

(Pd/Ul/N1)

Share :

Baca Juga

Taman Monto yang berada di Kabupaten Mojokerto menjadi pilihan wisata malam. (Foto: istimewa)

Wisata

Nikmati Indahnya Wisata Malam di Taman Montok Mojokerto
Obwis Ketep Pass Magelang termasuk 1 dari 40 Taman Rekreasi Se-Indonesia yang akan dilakukan uji coba pembukaan taman rekreasi tahap III, Jumat (29/10/2021) dalam penerapan protokol kesehatan dan aplikasi PeduliLindungi. (Foto: Agoes Jumianto)

Wisata

Jumat 29 Oktober 2021, Obwis Ketep Pass Uji Coba Buka Kembali

Wisata

Gandeng Komunitas, Keraton Yogya Sosialisasi Kawasan Sumbu Filosofi pada Generasi Muda
Foto: lionair.co.id

Wisata

Lion Air Buka Rute Medan – Yogyakarta Non-Stop, Simak Jadwal dan Tarifnya
Sekelompok penyiar radio di Magelang naik skuter listrik sekaligus promosi batik dan wisata seputaran Candi Borobudur. (Foto:Humas/beritamagelang)

Wisata

Naik Skuter Berpakaian Batik, Penyiar Radio Promosikan Wisata Borobudur
Ilustrasi, dari 42 paket (2020-2022) kegiatan di kawasan Borobudur, saat ini terdapat 25 kegiatan yang telah selesai, 16 kegiatan tengah berlangsung (on going) dan 1 kegiatan dalam persiapan. Foto: Dok. Kementerian PUPR

Wisata

Ini yang Dilakukan Kementerian PUPR dengan Rp2,27 Triliun Percantik Kawasan Borobudur
Penandatanganan prasasti Rejowinangun sebagai 50 desa wisata terbaik ADWI 2021 oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno. (Foto: Humas Pemkot Yogya)

Wisata

Kampung Rejowinangun Masuk 50 Desa Wisata Terbaik ADWI 2021
Momen libur Natal, Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengalami peningkatan pengunjung dibandingkan dengan hari sebelumnya. (Foto:humas/beritamagelang)

Wisata

Libur Natal, Wisatawan Candi Borobudur Meningkat