NYATANYA.COM, Blora – Suasana persaudaraa, kekeluargaan, keakraban dan penuh kehangatan acap menghiasi pertemuan rutin paguyuban Setyo Rukun Blora, Minggu (10/10/2021). Paguyuban yang dibentuk oleh sekumpulan pensiunan PNS Pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten Blora yang saat ini diketuai oleh H Purwadi.
Dalam sambutan H Purwadi mengatakan bahwa pada saat ini kita harus banyak syukur dan selalu menjaga imunitas diri agar kita terbebas dari wabah Penyakit Virus Corona.
Diinformasikan juga dalam PPKM Darurat Kabupaten Blora masuk level 3, agar tidak menimbulkan keresaan baru di masyarakat perlu dipahami bahwa ketentuan penetapan level dalam PPKM Darurat sekarang sudah berubah tidak lagi didasarkan tentang kondisi banyak sedikit anggota masyarakat yang terpapar Covid-19, namun didasarkan pada pencapaian target realisasi vaksinasi yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
“Saya mengingatkan kepada para peserta pertemuan, bahwa apapun keadaan status level dalam PPKM Darurat untuk Kabupaten Blora, yang penting kita tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin serta selalu menjaga imunitas diri dengan melaksanakan olah raga teratur ,berpikir positif dan selalu meningkatkan kwalitas ibadah,” kata H. Purwadi.
Pada agenda pertemuan itu juga diisi siraman rohani oleh ustad H Soedadyo yang saat ini menjabat sebagai Ketua PD Muhammadiyah Kabupten Blora dan Sekretaris PWRI Kabupaten Blora.
Tema tausiahnya “Mulut bisa menjadi Sumber Penyakit Kalau sering melakukan 5B”. Dikatakannya, dulu ada ungkapan “Mulutmu Harimaumu” walau seiring dengan kemajuan zaman pengertian tersebut sudah berubah menjadi “Jarimu Harimaumu”.
Akronim 5B yang dapat menimbulkan penyakit dalam kehidupan di masa pandemi Covid-19 adalah, B pertama Banyak Makan, secara medis orang yang yang terlalu banyak makan bisa menimbulkan kelebihan berat badan(obesitas) dan lemak dalam tubuh, menimbulkan resiko terkena penyakit jantung, diabetes dan stroke.
Mengganggu fungsi otak khusus untuk kasta Keren (Kelompok Rentan) bisa menurunkan daya ingat dan menjadi pikun. Namun dari sisi non medis, yaitu aspek psikologis dan moral banyak makan terutama makan jatah bantuan untuk kaum duafa atau wong cilik bisa menimbulkan penyakit kebutaan hati dan keresahan di masyrakat.
“Contoh gamblang saat ini banyak makan berbagai macam bantuan sosial yang diberikan kepada anggota masyarakat kaum duafa yang sedang menderita dampak musibah pandemi virus corona,” tuturnya.
Kemudian B kedua, Banyak Berbicara, yang yang terlalu banyak berbicara juga akan menimbulkan penyakit hati.
“Dulu ada ungkapan tong kosong berbunyi nyaring. Apalagi saat ini kita terlalu banyak bicara tentang kekurangan orang lain, aib orang lain kesalahan orang lain dan rahasia orang lain,” kata dia.
Sehingga, lanjutnya, menurut Imam Al Ghazali mengatakan bahwa dalam kehidupan ini sangat berbahaya kalau manusia tidak bisa menjaga lisan terutama berbicara yang tidak bermanfaat, banyak omong kosong dan berbohong, perkataan yang mengandung hujatan dan cacian serta suka menebar fitnah.
Selanjutnya, B ketiga, Banyak Tertawa. Memang dari segi medis tertawa merupakan hal yang positif namun jika terlalu berlebihan dapat mempengaruhi kinerja jantung.
Sementara dari segi agama terlalu banyak tertawa memang tidak dianjurkan karena dapat mengeraskan hati, jika hati telah keras sulit menerima nasehat. Apalagi kita suka mentertawakan orang lain karena boleh jadi orang yang ditertawakan lebih baik dari yang mentertawakan.
Sedangkan B keempat, Banyak Bertanya, terutama bertanya tentang sesuatu yang sudah diketahui dan yang tidak baik termasuk menanyakan privasi seseorang yang dapat menimbulkan keresahan di masyarakat.
“Memang bertanya tentang sesuatu yang tidak dimengerti kepada orang yang lebih paham itu baik bahkan dalam Al Qur’an menyebutkan bahwa Bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan bila kalian tidak tahu (Surat Al Nahl ayat 43),” terangnya.
Berikutnya, B kelima, Banyak Mengeluh, Kebiasaan suka mengeluh ternyata tidak bagus, bisa menimbulkan berbagai hal, di antaranya mudah merasa lelah dan memicu orang untuk berpikir negatif sehingga akan menurunkan imunitas diri, membuat suasana hati makin memburuk ,kreativitas akan menurun, menimbulkan stress, gangguan pencernaan, sakit kepala dan tekanan darah tinggi.
“Demikian berbagai aktivitas dari mulut yang bisa menimbulkan penyakit. Namun yang jelas disaat ini upaya pengendalian diri merupakan ikhtiar yang cerdas dan bijak untuk dilakukan utamanya pengendalian mulut karena ada ungkapan Jawa “poso bisu” (puasa tidak berbicara),” tuturnya.
Disamping itu sebenarnya kita bisa masuk surga atau neraka itu kuncinya juga tergantung kemampuan kita dalam mempuasakan diri terhadap aktivitas mulut. (*)