Home / Panggung

Rabu, 2 Maret 2022 - 16:20 WIB

Pameran “Daulat & Ikhtiar”, Memaknai Serangan Umum 1 Maret 1949 Melalui Karya Seni

Kolektif Broken Pitch yang mengambil karakter pemuda laskar rakyat. (Foto: Istimewa)

Kolektif Broken Pitch yang mengambil karakter pemuda laskar rakyat. (Foto: Istimewa)

NYATANYA.COM, Yogyakarta – Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mengadakan sebuah pameran temporer bertajuk Daulat & Ikhtiar: Memaknai Serangan Umum 1 Maret 1949 Melalui Seni.

Pameran ini sendiri akan mengambil waktu satu bulan pelaksanaan, yakni 1-30 Maret 2022 di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Dalam rangkaian acaranya, selain pemeran juga akan ada forum diskusi dan pertunjukan. Dr. Mikke Susanto, M.A. bersama dengan Duls Rumbawa berperan sebagai kurator.

Berbeda dari perhelatan sebelumnya, pameran kali ini tampil cukup segar karena Museum Benteng Vredeburg menjalin kerjasama dengan instansi dan pegiat seni dari luar kalangan museum.

“Tahun ini kita agak berbeda, karena bekerjasama dengan Fakultas Seni Rupa, Jurusan Tata Kelola Seni (TKS), dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta,” terang Drs Suharja, kepala Museum Benteng Vredeburg dalam rilisnya, Rabu (2/3/2022)

Ia menjelaskan hubungan kerjasama dengan Prodi TKS menjadi upaya untuk menampilkan inovasi tata pameran.

Calon karya Dedy Sufriadi yang dipamerkan di pameran temporer Daulat & Ikhtiar. (Foto: Istimewa)

Selain itu, Drs. Suharja juga mengetengahkan pandangan para seniman dalam memaknai koleksi museum.

“Pameran ini menghadirkan seniman untuk memaknai koleksi-koleksi yang terkait dengan Serangan Umum dari perspektif seniman itu sendiri.”

Baca juga   Festival Sastra 2022, Memulihkan Kembali Semangat Kreatif Sastrawan Kota Yogya

Titel dari pameran tahun ini menggambarkan mengenai tema besar yang akan diusung dalam pelaksanaannya. Serangan Umum 1 Maret 1949 silam tentunya membawa kesan historis yang bisa jadi terasa melankolis, mengingat betapa besar ikhtiar yang dilakukan oleh masyarakat kala itu untuk mempertahankan Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat.

Pun untuk mengingat peristiwa tersebut, dibuatlah sebuah monumen oleh Saptoto (1927-2001) yang terletak tepat di kilometer nol Yogyakarta, dengan elemen berupa 25 adegan relief, gunungan sebagai representasi alam semesta, dan lima patung figur manusia dengan aksesoris yang menggambarkan elemen masyarakat.

Monumen 1 Maret 1949 itu juga seolah menjadi bukti bahwa liatnya kesenian bersifat amat fleksibel–bahwa seni pun dapat berperan sebagai saksi sejarah.

Untuk merayakan keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949, tiga individu dan dua kolektif seni yang kesemuanya berasal dari Yogyakarta dipilih untuk menjadi perupa dalam Daulat & Ikhtiar.

Selain melakukan riset, karya para seniman juga melibatkan artefak mengenai Serangan Umum koleksi museum.

Adapun kelima perupa tersebut adalah pematung Lutse Lambert Daniel Morin yang membawa karakter TNI, Dedy Sufriadi dengan usungan karakter Tentara Pelajar (TP), Ryan Kresnandi yang menonjolkan karakter petani, kolektif TEMPA (Rara Kuastra dan Putud Utama) yang membawa semangat karakter kaum wanita, dan tidak lupa kolektif Broken Pitch yang mengambil karakter pemuda laskar rakyat.

Baca juga   Konser Trisakti, Ganjar dan Ribuan Orang Goyang Ambyar di Benteng Vastenburg

Lima kategori yang direspon oleh para seniman, merupakan citra elemen masyarakat yang diambil dari Monumen Serangan Umum.

Kelima karakter yang ditonjolkan memiliki perannya masing-masing untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia, terlepas dari seimbangnya sejarah mencatat nama mereka atau tidak. Ide tentang eksisnya kelima karakter ini dimunculkan untuk menengarai keberhasilan mempertahankan kemerdekaan.

Keberhasilan Serangan Umum 1949 ditopang oleh gotong-royong dari berbagai elemen masyarakat, dan dengan model perjuangan yang berbeda pula.

Karena itulah satu hal penting dalam pameran ini adalah pernyataan bahwa Serangan Umum sebagai upaya mempertahankan daulat kemerdekaan ternyata dilakukan dalam berbagai cara dan bentuk.

Inilah ragam ikhtiar yang diwujudkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Perang, daulat, dan ikhtiar adalah satu kesatuan untuk menjaga harga diri atas kemanusiaan.

(*/Aja)

Share :

Baca Juga

Menparekraf Sandiaga Uno. (Foto:MC AMBON/Dokumentasi)

Panggung

Sandiaga Uno Buka Festival Musik Rakyat dan Resmikan Monumen Musik Kota Ambon
Ashanty dan Anang Hermansyah. (Foto: Instagram @ashantyasix)

Panggung

Ashanty dan Rombongan Positif Covid-19 Sepulang Berlibur dari Turki
Press conference opening ceremony JFFE 2021 di Jogja Expo Center, Selasa (16/11/2021). (Foto: Agoes Jumianto)

Panggung

Digelar Mulai Hari Ini, JFFE 2021 Menuju Yogyakarta Kota Festival Dunia
Penampilan Taksu Project di panggung Jazz Syuhada. Foto: Agoes Jumianto

Panggung

Jazz Syuhada “Sayuk Rukun”, Bebarengan Merajut Kebersamaan Tanpa Perbedaan
Ahmad Dhani saat soft launching rokok Dewa 19 Legend di De Celine, Minggu (27/11/2022). Foto: Agoes Jumianto

Panggung

Bisa Sponsori Konsernya Sendiri, Ahmad Dhani Luncurkan Rokok Dewa 19 Legend
Jumpa Pers Gelar Karya Sang Maestro, di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta, Jumat 7 Juni 2024. (Foto: Agoes Jumianto)

Panggung

TBY Gelar Karya Maestro Bondan Nusantara, Pentaskan Ketoprak Lakon Rembulan Wungu
Happy Asmara di lagu Cidro 2. (Foto: YouTube Fortuna Enterprise)

Panggung

‘Cidro 2’ Happy Asmara Melejit Tinggalkan Lagunya Sendiri ‘Satru’
Anak-anak Jogja Acting Studio usai tampil di Tribute to 3 Komponis Bangsa yang digelar di Plasa SO 1 Maret. Foto: Ist

Panggung

Tribute to 3 Komponis Bangsa, Generasi Milenial Usulkan Komponis Kusbini Jadi Pahlawan Nasional