Home / Panggung

Jumat, 23 Desember 2022 - 12:06 WIB

Pameran Lukisan Sulam #2 Lawe, Untaian Benang untuk Ibu

Pameran lukisan sulam benang #2 digelar di Museum Taman Tino Sidin. Foto: Ist

Pameran lukisan sulam benang #2 digelar di Museum Taman Tino Sidin. Foto: Ist

NYATANYA.COM, Bantul – Dalam rangka menyambut Hari Ibu 22 Desember 2022, sebuah pameran lukisan digelar Museum Taman Tino Sidin bertajuk Pameran Lukisan Sulam Benang #2.

Pameran yang berlangsung hingga 31 Januari 2023 ini dibuka oleh Kadisbud Bantul, Nugroho Eko Setyanto, S.Sos. M.M.

Pameran seni dua dimensi dengan media benang, yang publik seni rupa kita menyebutnya dengan “Seni Serat”. Ini tergolong langka dilakukan para penggiat seni di Yogyakarta. Pameran diikuti ibu-ibu yang aktif berkarya seni sulam.

Di Yogyakarta sebenarnya pernah beberapa kali digelar pameran seni serat, tapi tidak spesifik dengan media benang saja.

Tetapi meliputi tekstile, batik, sulam, dan sejenisnya. Dan yang menjadi menarik untuk kita apresiasi bersama dari pameran kali ini adalah spesifik memilih benang sebagai media berkarya.

Kadisbud Bantul, Nugroho Eko Setyanto, S.Sos. M.M. bersama pelukis sulam usai pembukaan pameran. Foto: Ist

“Ini adalah pameran yang kedua kalinya. Pameran seni benang yang sebelumnya juga digelar di tempat yang sama pada tahun 2020 lalu,” ujar Yaksa Agus, penulis pameran ini.

Kali ini melalui Benang Lawe, mereka mengemas tema pameran ini dengan tajuk ‘Untaian Benang untuk Ibu’.

Dan yang lebih spesial lagi, pameran ini digelar sekaligus untuk memperingati Hari Ibu di tahun ini.

Benang, Kain, dan Ibu seolah-olah memang tidak bisa dipisahkan. Dimana benang adalah bagian dari kehidupan para ibu untuk merawat kehidupan keluarga.

Pada masa lalu, seorang perempuan semenjak gadis diwajibkan untuk bisa mengolah benang maupun hasil olahan benang, dengan cara membatik, menenun, menganyam, maupun merajut.

Baca juga   Kelompok Java Drawing Pameran 'Bledug' di Djawata Resort & Laborat Art

Seorang perempuan dianggap sempurna jika bisa mengolah benang itu dengan baik.

Benang ditemukan oleh manusia, sejak ditemukan ide ikat – mengikat. Kemudian berkembang dengan ditemukan cara mengolah serat-serat dari tumbuhan dan bulu binatang yang kemudian dipintal menjadi tali atau benang.

Lawe, Untaian Benang untuk Ibu. Foto: Ist

Hingga berkembang dengan dirajut, ditenun untuk menjadi kain dan hingga menjadi pakaian.

Benang, orang Jawa menyebutnya Lawe. Benang atau lawe adalah benda dunia kedua yang diperkenalkan kepada bayi yang lahir setelah air.

Ketika bayi yang baru lahir, maka tali pusar akan diikat kencang dengan benang lawe berwarna putih, dan pada bagian tali pusar yang diikat itulah yang kemudian setelah hari kelima atau ketujuh akan terlepas tali pusarnya.

Benang adalah adalah serat yang panjang digunakan untuk membuat kain, menjahit, crocheting, knitting, penenunan, hingga untuk media berkarya seni seperti menyulam, bordir, kristik dan lain sebagainya.

Hari ini benang tidak lagi dibuat dari bahan alami seperti sutra, wol, alpaca, katun, bambu, hemp, atau soy. Tetapi telah banyak dibuat dari fiber sintetik dan banyak pilihan warna.

“Sehingga tak sedikit seniman seni rupa memilih media benang dan textil fabrik digunakan untuk media berekspresi selayaknya media cat,” terang Yaksa.

Tentu saja dengan berbagai macam tehnik sesuai dengan kebutuhan ekspresi seninya. Ada yang dikolase/ditempel, dibordir, diikat, dan lain sebagainya.

Ada tujuh perupa perempuan yang terlibat dalam pameran ini: Eni Lestari, Budiati, Gina Lubis, Isti Sofiah, Naike Indiraini, Tanti Agus Setyani, dan Yulia Suhartati.

Baca juga   Raden Ajeng and The Angel Wings Rilis Single Baru Bertajuk Edelweiss

Mereka menunjukkan bahwa potensi seni serat sesungguhnya bisa dikembangkan, bahkan bisa dikembangkan lebih luas lagi.

Di tangan ibu-ibu ini kain dan benang tidak hanya melulu untuk kepentingan fungsional, tetapi bisa untuk mewadahi kegelisahan batin yang kemudian dituangkan menjadi sebuah karya seni seperti yang ditampilkan dalam pameran ini.

Benang diperlakukan sebagai media membuat garis dan warna yang mampu menghadirkan cita rasa yang artistik.

Nasib seni serat hari ini, tentu tidak banyak mendapat perhatian publik seni rupa kita, sebab pencitraan seni serat selalu tidak bisa lepas dari tekstil, yang menyebabkan seni serat tidak mudah terangkat.

Ditambah lagi banyak seniman yang berkarya dengan media serat, benang, maupun kain tidak berani dengan tegas mengatakan “Saya Seniman Serat“.

Untuk membuat seni serat, seperti yang para seniman pamerkan kali ini, tentu saja dibutuhkan tenaga ekstra, ketelatenan, keuletan, dan kesabaran.

Dan tentu saja juga pengalaman untuk membaca karakter benang, jarum, dan kain sebagai medianya.

Sehingga gambar-gambar yang dibuat di atas kain dengan media sulam tangan secara manual, hasilnya sesuai dengan ekspresi jiwa dan rasa.

Satu pesan dari pameran ini adalah, berkesenian semestinya seniman tidak harus terlalu larut dalam komersialisasi seni yang sedang mengalir deras.

Tetapi sebuah pameran yang digelar juga memberikan sebuah pemahaman dan pengetahuan.

(*/Aja)

Share :

Baca Juga

Nella Kharisma dan Dory Harsa. Foto: nyatanya.com/instagram nella kharisma

Panggung

Tunjukkan Foto USG, Nella Kharisma Bahagia Sambut Sang Buah Hati
Artwork album ke-10 Musik Latar Indonesia (ML.Id) berjudul 'Rose Petals'. (Foto: Dok.ML.Id)

Panggung

Musik Latar Indonesia Rilis Album ke-10 ‘Rose Petals’
Talk Show wicara Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023 yang bertajuk 'Menelisik Relasi Antara Hasil Panen dan Bunyi' di Menoreh Farm Stay. (Foto: Desta Wasesa)

Panggung

Menelisik Relasi Antara Hasil Panen dan Bunyi di FKY 2023, Tanaman Juga Butuh Suara
Kemeriahan Wayang Jogja Night Carnival edisi 2019. (Foto: Tangkapan layar YouTube Evio Media)

Panggung

Wayang Jogja Night Carnival #6 Digelar 7 Oktober 2021
Bedhaya Sinom, tari klasik yang mengisahkan pertarungan antara Dewi Kuroisyin dari Persia dan Dewi Widaningrum dari Tartaripura (Mongol). Foto: kratonjogja.id

Panggung

Kraton Jogja Kembali Gelar Uyon-uyon Hadiluhung Wiyosan Dalem Sri Sultan HB X
Salah satu kemeriahan event Koesplusan yang digelar Jogja Koes Plus Community. Foto: Agoes Jumianto

Panggung

Besok Sore di Museum Benteng Vredeburg, 11 Band Pelestari Meriahkan Panggung JKPC Peduli Cianjur
OM Mahardhika diperkuat musisi Robet (suling), Amin (keyboard 1), Febrizio (keyboard 2), Agus Mencow (kendang), Harry (melodi gitar), Dasimin (bass gitar), Sutris (drum), dan MC Mr Black. (Foto: Dokumentasi Mahardhika)

Panggung

Semangat OM Mahardhika di Tengah Pandemi Menggoyang Panggung Alpha Bravo
Yay Atsura bersama karyanya 7 presiden RI. Foto: Ist

Panggung

Yayat Surya Gelar Pameran Tunggal Suryanamaskara di INiSeum