NYATANYA.COM, Sleman – Jaman itu selalu berubah. Berubah dalam tatanan nilai sosial, berubah dalam cara pandang, beruibah dalam mengelola informasi, berubah dalam kemajuan teknologi dan berubah dari perubahan itu sendiri.
Demikian yang mendasari sebuah pameran seni rupa bertajuk “Owah Gingsir” di Leman Art House, Jalan Tegalsari Bayen RT 05 RW 02 Purwomartani Kalasan Sleman, yang dibuka Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa SE, Minggu (12/9/2021) sore.
Owah dapat dimaknai sebagai perubahan. Sedangkan Gingsir artinya waktu yang bergeser, waktu yang berjalan atau pun berganti. Owah Gingsir adalah terjadinya perubahan diberbagai bidang kehidupan mengikuti perjalanan waktu dan tuntutan jaman.
Pun kini, perubahan akibat pandemi. Yang membuat segalanya berubah, bukan hanya waktu tetapi juga perilaku dan laku hidup dalam segala bidang, tak terkecuali budaya dan seni.
Pameran “Owah Gingsir” selain ingin menunjukkan eksistensi para perupa juga dimaksudkan untuk merespon terjadinya perubahan untuk memasuki jaman baru yang disebut ‘new normal’.
Kurator pameran, Hajar Pamadhi, dalam catatannya menulis, sebuah teks yang memayungi pameran seni rupa “Owah Gingsir” dilatarbelakangi harapan perubahan hidup yang telah tertekan oleh Covid-19.
“Semestinya tajuk pameran Owah Gingsir juga secara diam-diam ada yang ingin mengutarakan gagasan dan keluh kesahnya terhadap pandemi. Para seniman meyakini bahwa ‘seni itu bukan terinspirasi tetapi menginspirasi‘ seperti karya-karya yang dipamerkan ini,” beber Hajar Pamadhi.
Dijelaskan Hajar Pamadhi, 20 pelukis menunjukkan variasi tampilan pada karyanya, mulai dari ide, visi, media, teknik dan alat seperti cat akrilik, cat minyak, tinta maupun cat air dalam gaya aquarel.
Para perupa itu adalah Alie Gopal, Ampun sutrisno, Djoko Maruta, Didit (njedit), Edo Pop, Faisal Hamidy, Godod Sutejo, Herjaka HS, Irawan Hadi, Joko Sulistiono, Joko ‘Toying’ Widodo, Ledek Sukadi, Nanang Widjaya, Rudy Mardijanto, Syahrizal Pahlevi, Sarjianto Sekar, Subandi Giyanto, Sumadi, Totok Buchori, Yaksa Agus, Joseph Wiyono, dan Yuswantoro Adi.
“Karya-karya realisme sosialisme mendominasi tampilan pameran Owah Gingsir, walaupun beberapa diantaranya masih konsisten dengan langgam pribadi. beberapa karya mengikuti hegemoni realisme aquarel dan akrilik,” terang Hajar Pamadhi.
Pameran “Owah Gingsir” yang digelar hingga 30 September 2021 dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat ini juga menjadi penanda dibukanya Leman Art House sebagai ruang pameran baru bagi dunia seni rupa di Yogyakarta.
“Kami berharap Leman Art House bisa menjadi tempat bersilaturahmi, berdiskusi serta memamerkan karya-karya perupa di Yogyakarta dan sekitarnya. Dengan adanya tempat ini sekaligus mengisi kekosongan Art Space di sayap tumur Yogyakarta,” ujar Wasis Subroto selaku management Leman Art House. (Aja)