NYATANYA.COM, Jakarta – Indonesia selain punya panser lawas model Ferret dan Saracen, Kavaleri TNI-AD masih punya alutsista lain berupa panser yang juga sama-sama berusia lanjut dan berasal dari satu pabrik, yakni panser berpenggerak roda 6×6 FV601 “SALADIN”.
Trio panser, Ferret, Saracen, dan Saladin ketiganya merupakan asal pabrikan Alvis dari Inggris. Trio panser ini sama-sama didatangkan pada awal tahun 60-an. Bila Saracen populer sebagai APC (Armoured Personal Carrier) yang legendaris sebagai kendaraan pengusung peti jenazah Pahlawan Revolusi. Maka Saladin juga punya sisi fenomenal yang tak kalah serunya.
Dari segi histori misalnya, bersama Ferret dan Saracen, panser Saladin turut aktif mengamankan Ibu Kota saat terjadi pemberontakan G30S. Trio panser ini memang punya komposisi unit yang ideal. Ferret sebagai kendaraan intai, Saracen sebagai angkut pasukan.
Meski sudah berusia lanjut, Saladin masih aktif dioperasikan hingga saat ini, kiprahnya bisa dilihat dalam tiap beberapa latihan tempur. Dalam beberapa operasi pemulihan keamanan, Saladin juga kerap masih muncul, seperti saat misi operasi di Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) dan meredam rusuh di Jakarta pada tahun 1998 lalu.
Saladin versi lawas mengadopsi mesin bensin Rolls Royce B80 MK 6A dengan 8 silinder. Dengan mesin tersebut, Saladin mempunyai kecepatan maksimum 72 Km per jam dengan jarak jelajah maksimum 402 Km. Konsumsi bahan bakar dengan kecepatan rata-rata 40 Km per jam adalah 1,7 liter. Amunisi yang dibawa mencakup 42 amunisi kanon kaliber 76 mm dan 2750 amunusi kaliber 7,62 mm.
Dengan usia alutsista yang tua, tentu performa Saladin sudah mengalami banyak keterbatasan. Meski sudah di upgrade, Saladin sudah jarang ditempatkan sebagai garda alutsista terdepan. Panser jenis ini lebih banyak mengisi hari-hari tuanya sebagai elemen kekuatan di level teritorial terbatas. (N2)