NYATANYA.COM, Yogyakarta – Ratusan penggemar band legendaris The Beatles, Jumat (30/9/2022) tumplek blek di Kuliner Lor Tugu Yogyakarta. Suasana malam itu terasa “pecah” dengan banyaknya fans The Beatles yang hadir dalam perayaan 20 tahun uang tahun komunitas Jogja Beatles Community.
Mayoritas mereka adalah anak-anak muda seumuran 20an tahun, yang notabene pada mengenal The Beatles dari orangtuanya.
Kali ini Jogja Beatles Community (JBC) mengemas ultahnya dengan tema “We can work it out”, sebuah judul lagu The Beatles yang diharapkan mampu memberikan semangat para beatlemania dalam mengapresiasi karya-karya band asal Liverpool, Inggris ini.

“20 tahun bukanlah usia yang muda lagi bagi sebuah komunitas. Tugas berat komunitas adalah mempertahankan, agar tetap eksis dan berprogram,” ujar Pungky Starr, ketua komunitas JBC
Saat ini JBC mendapat banyak respon dari generasi muda, yang notabene sedang butuh ruang berekspresi.
Perayaan ultah yang digelar di Kuliner Lor Tugu ini banyak menampilkan talent-talent muda.
Jenis musiknya pun cukup bervariasi. Duo Twee Gree mengawali dengan suguhan instrumental gitar klasik. Selain band-band baru yang hadir, hadir juga Pieter Lennon, pengamen legendaris yang selalu tampil dengan gitar akustik dan harmonikanya.
Ada juga duo Moon Rising, Forever Lovely dan 2 personil D’Gatels dari Jakarta.

Secara seremonial ada pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh pembina JBC Pak We, dan dilanjutkan dengan penampilan band-band seperti Lascarbeat, band tribute The Beatles asal Solo. Puluhan doorprize dibagikan buat pengunjung yang hadir.
Suasana meriah saat Jealous Guy tampil dengan lagu-lagu The Beatles yang diaransemen dengan irama Blues, pengunjung mulai medekati panggung dan mulai bergoyang.
Tak ketinggalan Lonely Heart Club Band, band senior dari Yogya ini mampu menyihir pengunjung dengan lagu-lagu psychedelicnya. Jammin’ Jogja Beatles Community all star mengakhiri hingar bingarnya ulang tahun komunitas ini.
Jogja Beatles Community, saat ini menjadi komunitas penggemar The Beatles yang paling tua usianya di Indonesia. Dua dasa warsa, komunitas ini turut mewarnai komunitas di Yogyakarta.
“Kita telah melalui dua dekade dalam organisasi, yakni dekade sebelum adanya media sosial dan dekade setelah ada dan maraknya media sosial online,” ujar Agus Raka, founder komunitas.
Karenanya, menurut Agus Raka, menjaga dan mengembangkan komunitaspun kini harus mengikuti perkembangan teknologi.
(*/N1)