NYATANYA.COM, Jakarta – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyatakan bahwa pemerintah terus meningkatkan pemeriksaan WGS (whole genome sequencing, -red), agar dapat mendeteksi sebaran kasus Covid-19 khususnya varian Omicron.
“Penting untuk dipahami, bahwa kasus Omicron saat ini adalah yang terdeteksi melalui pemeriksaan whole genome sequencing pada sample dari kasus positif yang ada, dan bisa saja tidak mempresentasikan jumlah kasus yang sesungguhnya,” kata Wiku saat konferensi pers melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (27/1/2022).
Wiku Adisasmito mengungkapkan, bahwa hampir 58 persen dari total pasien Covid-19 dengan varian Omicorn terdeteksi menunjukkan gejala asimtomatik atau tanpa gejala.
Sejak kemunculannya pertama kali pada 16 Desember 2021, terang Wiku, hingga saat ini dalam kurun waktu 6 minggu telah terdeteksi sebanyak 1.766 kasus Omicorn di Indonesia.
“Kabar baiknya, di Indonesia sendiri 58 persen dari total kasus Omicorn yang terdeteksi menunjukkan gejala asimtomatik atau tanpa gejala dan 37 persen memiliki gejala ringan,” ujar Wiku.
Menurut Wiku, pasien tanpa gejala memiliki kemungkinan besar untuk sembuh dari Covid-19 varian omicorn.
“Seperti kita yang ketahui bahwa pasien tanpa gejala dan gejala ringan, memiliki kemungkinan untuk sembuh yang lebih besar,” jelas Wiku.
Hal tersebut, sejalan dengan data sekitar 96 persen pasien Omicorn di RSDC Wisma Atlet dan 88 persen pasien Omicorn di rumah sakit rujukan sembuh.
“Ini adalah angka yang sangat tinggi dan perlu untuk terus dipertahankan,” kata Wiku.
Wiku menyatakan bahwa per 23 Januari 2022, terdapat 28 kasus aktif atau 3,75 persen di RSDC Wisma Atlet dan 90 kasus aktif atau 11,55 persen kasus Omicron di Rumah Sakit Rujukan.
Wiku menuturkan, bahwa kasus Omicron di Indonesia masih di dominasi oleh pelaku perjalanan luar negeri yaitu sebesar 63 persen.
Hal itu, sejalan dengan meningkatnya jumlah kedatangan internasional dari berbagai pintu negara akhir-akhir ini, ditengah kontribusi Omicorn yang meningkat tajam pada beberapa negara di dunia.
“Namun, perlu kita waspadai kasus Omicorn juga sudah terdeteksi pada transmisi lokal. Meskipun, angka persentasenya masih rendah yaitu 23 persen dari total kasus Omicorn yang terdeteksi,” tuturnya.
BOR di Rumah Sakit Terkendali
Meskipun sebagian besar kasus Omicron di isolasi di RSDC Wisma Atlet dan Rumah Sakit Rujukan, jelas Wiku, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) kedua rumah sakit tersebut masih sangat terkendali.
“Per 23 Januari, BOR di RSDC sebesar 35 persen, sedangkan angka nasional untuk BOR rumah sakit rujukan masih dibawah 8 persen,” kata Wiku.
Menurut Wiku, rendahnya persentase Omicron dibandingkan dengan total kasus positif, dan tingginya persentase kesembuhan tidak terlepas dari upaya maksimal seluruh tenaga kesehatan, lapisan masyarakat dan pemerintah dalam mengantisipasi dan menanggulangi ancaman Omicron.
Upaya tersebut adalah pengetatan pada pintu masuk negara, penguatan implementasi protokol kesehatan di tengah kegiatan masyarakat, serta penanganan cepat pada pasien positif Covid-19.
(*/N1)