NYATANYA.COM, Yogyakarta – Bengawan Solo di Kecamatan Cepu, Blora, diduga mengalami pencemaran. Airnya kecokelatan dan berbuih. Banyak ikan mati. Meski begitu masih ada warga yang nekat mandi di sungai.
“Pencemaran perairan Indonesia memang sudah sangat mencemaskan. Diperlukan manajemen sumberdaya perairan yang komprehensif untuk mengatasinya,” kata Prof. Ir Supriharyono, MS, PhD., dosen di Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.
Lebih lanjut penulis buku Manajemen Sumberdaya Perairan ini menjelaskan bahwa sebagai daerah tropis, Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati perairan, baik perairan tawar maupun di perairan laut sesuai kondisi geofisik dan letak geografis perairan Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan 17.508 pulau yang membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km dari utara ke selatan. Luas daratan negara Indonesia mencapai 1,9 juta km2 dan luas perairan laut tercatat sekitar 7,9 juta km2.
Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 95.181 km, yang merupakan terpanjang keempat di seluruh dunia setelah Amerika (USA), Kanada, dan Rusia. Panjangnya perairan dangkal ini memungkinkan tumbuh subur dan tingginya keanekaragaman jenis organisme penghuninya.
Berbagai organisme tersebar di seluruh sub-sistem yang ada di ekosistem perairan seperti sungai, danau atau waduk, kolam/tambak, estuaria, hutan pantai atau mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Masing-masing ekosistem tersebut memiliki potensi yang sangat besar untuk menunjang produksi perikanan bilamana tidak rusak oleh adanya pencemaran lingkungan.
“Kita harus mengelola lingkungan perairan dengan bijak, yaitu melalui pengendalian pencemaran, restorasi dan rehabilitasi perairan, serta manajemen habitat, termasuk pengendalian tanaman/gulma air, eksploitasi dan konservasi sumberdaya perairan. Pengendalian mencakup usaha pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan potensi sumberdaya perairan di setiap ekosistem,” terang Prof. Ir. Supriharyono lebih lanjut.
Lelaki yang banyak melakukan penelitian terkaiat dengan potensi dan permasalahan pemanfaatan sumberdaya perairan di wilayah pesisir dan laut, termasuk upaya pengelolaannya. Hasil penelitiannya dipublikasikan dalam bentuk jurnal maupun buku.
Banyak pula pelatihan dan lokakarya yang diikutinya, antara lain Adaptasi Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Nuklir untuk kondisi Indonesia, yaitu di Perancis dan Spanyol 24 September sampai 17 Oktober 1994, dan di Korea, Jepang dan Cina pada 21 Oktober sampai 8 November 1996, serta Pengelolaan Penceganan Pencemaran Lingkungan (EPCM) di Yokohama Kenshu Centre, Yokohama, Jepang, 15-26 Januari 2007.
Untuk diketahui, Prof. Ir. Supriharyono. M.S., PhD., lahir 15 Juli 1950 di Trenggalek, Jawa Tiur. Ia memperoleh gelar sarjana (Ir.) dari Fakultas Perikanan IPB Bogor pada 1976, gelar MS juga dari IPB dalam bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, sedangkan gelar PhD dia peroleh dari Department of Zoology University of Newcastle Upon Tyne England UK pada 1986 dalam bidang Marine Polution in Tropical Countries.
Sejak 1978 dia bekerja sebagai dosen di Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan dan Perikanan yang sekarang menjadi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Pada 2002 ia memperoleh gelar Guru Besar dalam Ilmu Manajemen Sumberdaya Perairan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang. (N1)