NYATANYA.COM, Yogyakarta – Lonjakan kasus Covid-19 di DIY relatif tinggi terjadi pada masa gelombang ke-2 pandemi pada triwulan III lalu. Namun, melalui pengendalian penyebaran kasus, berupa implementasi PPKM dan kesiapan tenaga medis serta respons lainnya relatif efektif mengurangi dampak penyebarannya.
Meski demikian, pembatasan aktivitas dan mobilitas akan berdampak terhadap kinerja perekonomian DIY. Hal demikian terefleksi dengan jelas pada pertumbuhan ekonomi triwulan III, yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pemda DIY meyakini, bahwa perbaikan ekonomi ke depan akan terus terjadi seiring kemampuan kita dalam pengendalian pandemi. Bank Indonesia memprediksi ekonomi DIY pada 2021 akan tumbuh pada kisaran 5,4-6,2% (yoy).
Untuk mencapainya, diperlukan kerjasama, kolaborasi, dan sinergi diantara seluruh stakeholders, baik pemerintah, instansi terkait, dunia usaha, maupun masyarakat.
Pada Rabu (24/11/2021), Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, menghadiri undangan Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2021 di Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Jalan Panembahan Senopati, Yogyakarta.
PTBI 2021 mengusung tema “Bangkit dan Optimis: Sinergi dan Inovasi untuk Pemulihan Ekonomi”. Pertemuan ini dihadiri oleh anggota Forkopimda DIY, Bupati/Walikota Se-DIY, Kepala OJK DIY, Kepala Instansi Vertikal DIY, para Rektor dan Pimpinan Perguruan Tinggi, Pimpinan Perbankan dan Lembaga Keuangan, Ketua ISEI DIY, dan Kepala OPD DIY terkait, serta 308 peserta online.
Saat menjadi keynote speech, dalam sambutannya Gubernur DIY, Sri Sultan, menyampaikan bahwa pengembangan ekonomi kreatif menjadi potensi unggulan yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi DIY.
Predikat DIY sebagai pusat pendidikan, kebudayaan dan pariwisata, menjadikan DIY memiliki modal sosial dan ekosistem yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif.
Khusus dalam hal ini, DIY memiliki keunggulan pada ekonomi kreatif bidang perfilman, animasi, desain grafis, fashion, kerajinan dan kuliner.
“Berkaitan dengan itu, saya mengajak seluruh stakeholders terkait untuk memberikan perhatian khusus dan bersinergi dalam pengembangan bidang ekonomi kreatif dan inovasi teknologi ICT, termasuk mendukung pembiayaannya, baik melalui program CSR atau pun sistem ventura guna mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru untuk DIY,” tutur Sri Sultan.
Sementara itu, pada level yang lebih mendasar, Sri Sultan menyampaikan perlu adanya kolaborasi dan sinergi lebih kuat diantara pemerintah dan institusi swasta termasuk perbankan untuk mengoptimalkan arah penyaluran Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan serta penyediaan infrastruktur dasar.
Sejalan dengan itu, sumber pembiayaan masyarakat, seperti Zakat, Infak, Shodaqoh, dan Wakaf perlu didorong untuk menguatkan kohesi sosial dan solidaritas masyarakat.
Selain itu, disampikan pula keberhasilan pengembangan UMKM melalui platform digital SiBakul Jogja sebagai aplikasi berbasis Web. Dimana hingga pertengahan November 2021, mitra market-hub mencapai 2.557 KUMKM dengan jumlah transaksi mencapai 63.288.
Dalam hal ini, Pemda DIY memberikan bantuan berupa free ongkir sebesar Rp2 miliar dari total transaksi yang hampir mencapai Rp14 miliar. Pengiriman ini tidak terbatas hanya di dalam negeri saja namun juga ke luar negeri yang tersebar di Asia seperti Malaysia, Thailand, China, Jepang, Filipina, Korsel, Turki, Yordania, Eropa (Jerman, Rusia, Prancis, Inggris, Italia, Belgia, Spanyol, Ceko), dan USA serta Australia.
“Langkah-langkah tersebut memberikan optimisme pemulihan ekonomi di tahun 2022. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,8-5,8% (yoy). Memang tetap diperlukan ‘Sinergi dan Inovasi untuk Pemulihan Ekonomi DIY’ guna mewujudkannya,” ungkap Sri Sultan.
“Marilah kita sambut harapan itu dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas melalui sinergi dan inovasi yang semakin kuat diantara semua stakeholders, termasuk masyarakat, agar harapan tersebut dapat kita raih bersama untuk kemajuan bersama pula,” imbau Sri Sultan di akhir sambutan.
Sementara itu, Plt. Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Miyono, dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk meningkatkan kemudahan masyarakat dalam menggunakan pembayaran non tunai, Bank Indonesia bersama Perbankan di DIY terus mendorong akseptasi QRIS.
Dimana hingga saat ini 325 ribu QRIS telah tersebar di berbagai merchant di DIY. Angka ini meningkat dua kali lipat dibanding 2020. Pandemi telah mengakselerasi transaksi nontunai di masyarakat, baik melalui alat pembayaran menggunakan kartu maupun uang elektronik.
Selain itu, disampaikan pula hasil evaluasi kinerja ekonomi DIY di sepanjang 2021.
“Memperhatikan beberapa kondisi ekonomi terkini, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi DIY pada akhir 2021 akan tumbuh pada kisaran 5,4-6,2% (yoy), lebih tinggi dari ekspektasi semula. Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi DIY ini akan menjadi yang tertinggi di Pulau Jawa,” jelasnya.
Setidaknya terdapat empat hal strategis yang menjadi faktor sukses dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi DIY yang disampaikan oleh Plt. Kepala Perwakilan BI DIY diantaranya yaitu; relatif terkendalinya Covid-19 di DIY, adanya semangat gotong royong demi pemulihan ekonomi, dan keberhasilan TPID DIY dalam menjaga inflasi serta komitmen bersama untuk transformasi digitalisasi.
“Pandemi Covid-19 mengajarkan banyak hal, di mana sinergi dan inovasi menjadi kunci pemulihan ekonomi DIY. Berkaitan dengan itu, sebagai bagian dari ekosistem sosial-ekonomi di DIY, kami senantiasa siap mendukung hal-hal baik yang diupayakan Pemerintah Daerah maupun pihak lainnya. Kami berkomitmen menjadi mitra strategis bagi Pemda DIY, Akademisi, dan Pelaku Usaha, untuk berkontribusi nyata dalam memajukan ekonomi DIY. Kami berharap beberapa hal yang kami lakukan di 2021 dapat memberikan sumbangsih nyata bagi perekonomian DIY,” ungkap Miyono.
Adapun beberapa bentuk sinergi dan inovasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah seperti berikut:
- Pertama upaya dalam mendorong UMKM naik kelas, Go Digital dan Go Ekspor
- Kedua, upaya dalam mendorong ekspor melalui pembentukan Forum Komunikasi Ekspor Impor DIY
- Ketiga, program Sinergi Pariwisata Ngayogyokarto (Siwignyo)
- Keempat, program percepatan digitalisasi pembayaran
- Kelima, program Koordinasi Pengendalian Inflasi Jogja dan Sekitarnya (Kopi Joss)
- Keenam, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, sebagai sumber pertumbuhan baru ekonomi
“Kami meyakini Sinergi dan Inovasi, menjadi kata kunci dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi di masa pandemi ini. Dengan sinergi, DIY telah menunjukkan ketahanan dalam menghadapi dinamika pandemi Covid-19. Dengan terus berinovasi, kami optimis DIY akan mampu mendorong Indonesia menuju negara maju yang semakin sejahtera,” kata Miyono menutup sambutannya.
(*/N1)