NYATANYA.COM, Magelang – Masyarakat adat dan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengunjungi Pasar Wigati di Dusun Kranggan Ringinputih, Desa Wringinputih, Borobudur, Magelang Jawa Tengah, Selasa 13 September 2022.
Pasar Wigati merupakan pasar budaya rakyat yang dibuka pada waktu tertentu. Lokasinya di tengah dan di bawah rimbunnya rumpun bambu.
Di tempat ini para tamu yang merupakan wakil seluruh Indonesia dijamu makanan tradisional masyarakat dan pentas jatilan.
Pun berbagai pelatihan dan pengenalan pengetahuan, seperti membuat mainan anak dari barang bekas dan bambu, sejumlah jamu tradisional Jawa, serta berbagai sesaji upacara ritual tradisi.
Selama tiga jam peserta Ruwat Nusantara itu menikmati kesejukan dan kedamaian Pasar Wigati sambil menyantap hidangan yang disediakan, dan menikmati pertunjukan seni masyarakat.
Beberapa tamu tampak riang ikut menari jatilan. Termasuk Sjamsul Hadi SH MM, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbud Ristek RI, yang njatil dengan kuda kepang terbuat dari pelepah daun pisang. Mainan khas anak-anak desa.
Abah E Suhendri Wijaya, Ketua Adat Kasepuhan Cipta Mulya Banten, berharap silaturahmi dengan mengumpulkan komunitas adat di Borobudur Magelang, terus terjalin. Demi lestarinya adat tradisi.
“Sebagai ketua adat, adat tradisi budaya kami mempertahankan ketahanan pangan. Tanam padi setahun sekali di ladang dan sawah. Tiap tahun ada acara adat,” terang Abang E Suhendri yang mengakui ritual adat yang disaksikan di beberapa lokasi di Borobudur Magelang memunculkan kesimpulan, budaya Indonesia sangat beragam.
Marselus Yopos, masyarakat adat Dayak Tae Sanggau Kalimantan Barat, mengaku senang luar biasa biasa ketemu masyarakat adat se-Indonesia.
“Semoga kegiatan ini menambah wawasan,” tandas Marselus.
Dikunjungi para pemangku masyarakat adat dan penghayat kepercayaan seluruh Indonesia, salah satu generasi muda Dusun Ringinputih, Aisyah Rahayu Setyaningrum, mengaku bangga.
“Tidak menyangka kedatangan tamu-tamu dari seluruh Indonesia,” ujar Aisyah.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbud Ristek RI, Sjamsul Hadi SH MM menilai, Desa Wringinputih memiliki budaya spiritual cukup kuat. Para masyarakat adat dan penghayat kepercayaan diharap bisa belajar bersama.
“Dalam kembali pulih setelah dua tahun hadapi pendemi, kawasan Borobudur menyatu dengan alam. Bahan makanan manfaatkan tanaman. Juga meminimalkan keberadaan plastik. Ini melestarikan kearifan lokal,” kata Sjamsul Hadi.
Penanggungjawab Ruwat Nusantara, Julianus Limbeng mengaku para peserta Ruwat Nusantara yang diajak mengunjungi desa-desa di Borobudur dan melihat ritual tradisi, sangat puas.
“Semoga bisa menginspirasi setelah mereka pulang. Bisa dimanfaatkan. Bisa memberi cakrawala, pengetahuan dan pengalaman baru saat pulang ke kampung masing-masing,” papar Julianus Limbeng, Kepala Pokja Masyarakat Adat Kemendikbud Ristek RI. (*)