NYATANYA.COM, Jakarta – Nasib tragis dialami seorang asisten rumah tangga berinisial RNA (18). Niatnya untuk bekerja tak seindah yang dibayangkan, selain tak mendapatkan upah sesuai kesepakatan, RNA juga mendapat perlakuan tidak pantas yang diduga dilakukan oleh majikannya sendiri.
Selama bekerja di rumah majikannya di Duren Sawit, Pondok Kelapa, Jakarta Timur ia mengalami tindak penyiksaan seperti disiram dengan air cabai sampai disuruh tidur di lantai dalam kondisi telanjang.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes. Pol. Endra Zulpan, S.I.K., M.Si., mengatakan penyidik terus menyelidiki kasus dugaan penyiksaan terhadap asisten rumah tangga tersebut.
“Saat ini penyidik sedang melengkapi administrasi penyidikan (mindik) terkait dugaan kasus penganiayaan yang dialami RNA. Rencanannya, penyidik akan memanggil korban untuk dimintai keterangan lebih lanjut,” kata Kabid Humas dalam keterangannya, Jumat (28/10/22) dikutip dari Tribratanews.
Kabid Humas menambahkan, korban saat ini sedang dalam penanganan medis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
BAP bakal dilakukan di tempat korban dirawat, namun berdasarkan dokter yang merawatnya RNA belum bisa dimintai keterangannya karena perlu istirahat.
“Karena kemarin masih belum bisa dimintai keterangan dan dari dokter minta waktu tiga hari untuk korban supaya beristirahat dahulu,” jelas Kabid Humas.
Sebelumnya, korban RNA yang mengalami tindak kekerasan oleh majikan saat bekerja mengadu ke Kantor Staf Presiden di Jakarta, Selasa (25/10/22).
Korban datang didampingi pamannya, Ceceng, dan aktivis dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT), dan diterima langsung Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko.
Kepada Moeldoko, RNA mengaku, menjadi korban kekerasan oleh majikannya berupa penyiksaan secara fisik maupun psikis, seperti pemukulan, disiram dengan air cabai, hingga kekerasan verbal berupa ancaman-ancaman. Bahkan, korban juga mengaku tidak mendapatkan hak penuh atas pekerjaan yang sudah dia lakukan.
Perjanjian awal majikan dengan RNA itu dijanjikan bakal mendapatkan gaji sebesar Rp1,8 juta per bulan. Namun faktanya, selama enam bulan bekerja ia hanya mendapatkan Rp2,7 juta atau cuma Rp 450 ribu per bulannya.
Jumlah gaji yang jauh dari kesepakatan itu disebut akibat selalu dipotong majikan setiap dia melakukan kesalahan.
“Satu bulan saya digaji satu juta delapan ratus. Tapi selalu dipotong kalau saya melakukan kesalahan. Enam bulan kerja, saya hanya bisa bawa pulang uang dua juta tujuh ratus saja bapak,” ungkap RNA. (*)
