NYATANYA.COM, Jakarta – Pemerintah tetap berhati-hati dalam membuka berbagai aspek pada bidang perekonomian di dalam negeri. Karena, lonjakan kasus positif pada wabah global Covid-19 masih kerap menjadi ancaman di berbagai pelosok tanah air di masa-masa mendatang.
“Tetap pada posisi kehati-hatian, jadi sektor-sektor yang kita buka juga bertahap tidak usah tergesa-gesa. Kalau kita lihat peluangnya memang harus dibuka ya dibuka,” kata Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2021 yang diselenggarakan di Jakarta, pada Rabu (24/11/2021).
Menurut Presiden, pembukaan sektor perekonomian akan dilandasi oleh sejumlah pertimbangan yang mendalam dari berbagai instansi pemerintah terkait.
Hal yang menjadi pertimbangan utamanya adalah sektor kesehatan dalam pembukaan sektor perekonomian terkait, agar wabah global Covid-19 dapat sepenuhnya dikendalikan kala sektor perekonomian tersebut dibuka.
“Dengan protokol kesehatan (prokes), ada event-event besar juga silakan, tetapi juga didampingi oleh Satgas Covid-19, ini dilakukan penuh dengan kehati-hatian,” tuturnya.
Sektor kesehatan menjadi hal yang utama karena pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada pengendalian pandemi Covid-19.
Saat ini menurut Presiden, kondisi kasus positif di dalam negeri menurun secara signifikan. Tercatat, saat ini kasus positif harian per 23 November 2021 berkisar antara 394 orang per hari. Hal tersebut, kalah jauh dibandingkan pada Juli 2021, yang angka kasus hariannya mencapai 56 ribu orang per hari.
Turunnya angka kasus positif ini, kata Presiden, akan terus dijaga oleh setiap instansi pemerintah terkait. Dengan begitu, ancaman gelombang ketiga yang saat ini muncul di negara-negara di Benua Eropa dapat diantisipasi secara optimal dalam beberapa waktu ke depan.
Salah satu upaya dalam menjaga kasus positif tetap rendah adalah dengan menggencarkan vaksinasi massal Covid-19. Saat pemerintah telah melakukan vaksinasi sebanyak 226 juta dosis kepada masyarakat di berbagai pelosok tanah air.
Targetnya, pada akhir tahun ini, cakupan vaksinasi dapat dilakukan mencapai sekitar 280 – 290 juta dosis.
“Kita suntikan sudah berada di angka 226 juta dosis dosis pertama di angka 65 persen dan dosis kedua di angka 43,3 persen sebuah angka yang patut kita syukuri,” katanya.
Seiring dengan hal itu, sektor perekonomian dalam negeri pun lambat laun terdongkrak naik. Tercatat pada kuartal II, pertumbuhan perekonomian mencapai 7,07 persen. Sedangkan, pada kuartal III tahun ini angka pertumbuhan berkisar antara 3,51 persen.
“Turunnya perekonomian karena adanya kebijakan PPKM darurat yang dilakuakn selama satu bulan penuh, sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 3 persen,” katanya.
Kenaikan pun juga terlihat dari peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) yang mencapai angka yang sangat baik yakni mencapai 57,2 persen. Hal ini naik drastis pada sebelum terjadinya pandemi yakni, hanya berkisar antara 51 persen saja. Artinya, terdapat permintaan dalam industri manufaktur yang sangat tinggi, tentu saja ini dapat membawa dampak positif bagi Indonesia.
“Demand itu sudah ada dan semakin baik kalau. Demand ada artinya apa, manufaktur pabrik industri pasti akan berproduksi,” ungkap Kepala Negara.
Kemudian, pencapaian pajak pun juga semakin baik. Tercatat, pencapaian pajak sudah mencapai angkanya mencapai 18 year on year (yoy). Angka ini sangat besar dibandingkan pada tahun-tahun yang lalu.
Dalam mendorong perekonomian semakin pulih ke depan, pihaknya akan terus melakukan hilirisasi industri. Secara konkret pihaknya akan menghentikan ekspor sumber daya alam mentah. Yang saat ini dimulai oleh sumber daya alam nikel yang harus dijadikan barang setengah mentah, baru boleh di ekspor keluar negeri.
Tujuannya, harga sumber daya alam tersebut makin mahal dibandingkan ketika di ekspor dalam bentuk bahan mentah. “Bahan-bahan mentah itu semuanya diekspor dalam bentuk barang setengah jadi,” kata Presiden.
Keuntungan yang bisa diraup oleh Indonesia pun berlipat ganda, dari pendapatan yang hanya berkisar Rp15 triliun kini bisa melompat ke angka yang sangat fantastis yakni Rp280 triliun. ” Ini memperbaiki neraca perdagangan kita,” pungkas Presiden.
(*/N1)
Sumber: InfoPublik.id