NYATANYA.COM, Yogyakarta – Tingginya kasus Corona di Yogyakarta dan makin banyaknya kasus positif yang meninggal dunia setiap harinya juga membuat pasokan peti jenazah ikut terdampak. Tak terkecuali Rumah sakit rujukan Covid-19 di DIY, RSUP dr Sardjito, karena pasokan dari rekanan yang memang sulit menjadi persoalan tersendiri untuk diatasi.
Melihat kondisi ini, sejumlah mantan aktivis Gelanggang Mahasiswa UGM berinisiatif membuat peti jenazah untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.
“Ide ini spontan saja sih. Awalnya, teman kami, “Capung” Indrawan, mendengar tentang krisis peti mati di RS Sardjito. Kemudian 3 hari yang lalu menghubungi kami, teman-temannya mantan aktivis Gelanggang Mahasiswa UGM dulu untuk berbuat sesuatu, membantu pengadaan. Persoalan RS Sardjito bukan tidak ada dana, tapi pasokan dari rekanan yang memang sulit untuk ketersediaan yang meningkat tajam. Hal ini tentu kami tidak bisa membantu penggalangan dana untuk membeli, tapi untuk membuat,” jelas Herlambang saat dihubungi nyatanya.com, Rabu (7/7/2021) sore.

Dijelaskan Herlambang, keesokan harinya mereka membuat 1 contoh peti, dari papan multipleks pinjaman. Peti yang sudah jadi kemudian dievaluasi. Utk kemudian diperbaiki. Berbarengan dengan itu, mulai datang donasi dari teman-teman untuk membeli bahan.
“Kami merasa prihatin, jenazah yang sudah disucikan/dimandikan, harus menunggu sekian jam untuk bisa dimakamkan. Tenaga kesehatan yang mengurusi jenazah, tentu saja akan lebih terbebani, sementara risiko-risiko terinfeksi juga besar. Kami sekedar ingin memperingan beban-beban ini,” imbuh Herlambang.
Pihaknya akan terus memproduksi selama ada dana untuk membeli bahan dan biaya produksi. Meski demikian pihaknya berharap bisa segera berhenti produksi. Yang berarti korban meninggal karena pandemi turun atau pasokan peti mati terpenuhi.

“Kami samasekali tak ada pengalaman tukang kayu apalagi membuat peti jenazah. Tapi sekarang gerakan kami ini banyak didukung dan dibantu 2 tukang ahli untuk membuatnya. Namun kami berharap langkah kami ini hanya sebentar, yang berarti korban meninggal karena Covid-19 segera turun,” imbuh Herlambang.
Peti mati bikinan aktivis Gelanggang Mahasiswa UGM ini, kini mulai meringankan beban RSUP dr Sardjito. Diproduksi di bengkelnya, kawasan Perum Nogotirto Gamping Sleman, 15 peti mati diselesaikan setiap harinya.
“Dibawah pimpinan produksi Capung Indrawan, kami belajar, sampai menemukan bahan yang cukup memenuhi syarat, yakni multipleks tebal yang kemudian kami cat. Kualitas bagus dengan harga murah. Tahap awal, produksi kami 15 buah/hari,” terang Herlambang.
Awalnya adalah unggahan seniman Anang Batas di akun Twitternya, Rabu (7/7/2021) sore.
“Menengok teman2 relawan pembuat peti mati, inisiatif dadakan krn keterbatasan ketersediaan peti mati… Salut semangat teman2 bergerak!” tulis Anang Batas disertai sejumlah foto produksi peti jenazah.
“Ada seniman, pecinta alam, pelaku film, dll… teman2 Kagama. Bermula dari ide sederhana Capung, dikira guyonan saja. Ternyata langsung action bikin peti, teman2 lainnya langsung bergerak bareng…. Inilah gotongroyong tenan, nggak dakik2 langsung gaaassss…,” tulis Anang lagi. (N1)