NYATANYA.COM, Yogyakarta – Pemilik usaha kuliner maupun kerajinan banyak yang merasakan mendapat berkah Lebaran pada 1443 H ini, antara lain dengan banyaknya pemudik yang silaturahmi dengan sanak-saudara di kampung halaman.
Tak jarang, para pemudik berburu masakan maupun kerajinan, bahkan biasa pula mengajak atau membelikan untuk sanak-saudaranya. Suatu hal menguntungkan lagi, jika di lokasi kuliner tersedia pula produk kerajinan.
Seperti halnya ketika datang ke Warung Bu Ikem di Jetak Sumilir Sidokarto Sleman dapat memilih masakan seperti rica-rica tulang ayam, soto dan mangut lele.
Tak cuma sajikan makanan enak, di warung ini tersedia pula produk kerajinan tempurung kelapa.
“Kerajinan tempurung kelapa ini buatan suami saya, Pak Jumari. Pengerjaannya banyak di rumah, sebagian yang sudah jadi dipajang dan dijual di warung makan sini,” ungkap Bonikem yang akrab disapa Bu Ikem, baru-baru ini.
Ibu dari tiga anak ini menjelaskan, suatu hal disyukuri aneka jenis masakan yang disediakan di warungnya banyak diminati pemudik.
Selain itu ada pula yang membeli produk kerajinan tempurung kelapa.
Meski tak jauh dari tempatnya ada sejumlah lokasi kuliner sudah banyak dikenal dan lebih luas tempatnya seperti Iwak Kalen, Omah Tobong dan Kepik Sawah, ternyata banyak juga yang datang ke warung sederhananya.
“Khusunya pagi sampai menjelang siang, di warung kami tersedia masakan bubur, bakmi kuning dan bihun. Ketika warung makan banyak pembeli, biasa juga suami dan ada anak saya yang ikut membantu,” terangnya.
Ditambahkan, masakan berbahan tulang ayam, yakni dibuat rica-rica selalu tersedia dari pagi sampai malam hari.
Sebelum dimasak dengan aneka bumbu-bumbu, tulang ayam yang masih ada dagingnya direbus dahulu sehingga bisa lebih lunak.
Sementara itu Jumari menngungkapkan, usaha membuat kerajinan tempurung kelapa lebih banyak menerima pesanan, misalnya dari pihak eksportir.
Sehingga produknya sudah sampai pula ke luar negeri seperti Australia dan Turki.
Namun, biasa pula ia membuat stok lalu dipajang di rumah maupun warung makannya di komplek Jetak Sumilir Sidokarto.
Bahan yang digunakan kelapa sudah tua, lalu dibor bagian bawah dan diambil air maupun daging kelapanya.
“Air kelapanya belum kami manfaatkan, kalau daging kelapanya biasa digunakan untuk membuat santan sebagai bahan aneka masakan,” papar Jumari.
Menurutnya, harga kerajinan kelapa mulai Rp 20.000 sampai Rp 35.000 per produk. Harga terutama dipengaruhi model atau tingkat kerumitan dalam tahap pembuatan.
Ketika belum ada pandemi Covid-19, ia biasa juga diundang ikut even-even pameran produk kerajinan.
Lalu saat ada pandemi, antara lain ada keluarganya yang membantu memasarkan secara online maupun ditempatkan di warung makan yang dikelola istrinya.
Menurut salah satu pengelola Jetak Sumilir, Brury Istanto, dari 10 lapak atau warung makan di Jetak Sumilir yang ada produk kerajinannya, sementara ini hanya di Warung Bu Ikem.
“Kami merasa salut, pasangan suami-istri Pak Jumari dan Bu Ikem bisa semangat dalam mencari rezeki secara halal. Alhamdulillah, saat ini bisa memperoleh berkah Lebaran, masakan seperti rica-rica berbahan tulang ayam dan produk kerajinan tempurung kelapa banyak dibeli konsumen terutama para pemudik,” urainya. (*)