NYATANYA.COM, Magelang – Padi Sri Mulyo di Desa Sriwedari Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang banyak dilirik oleh daerah lain karena kualitasnya. Khawatir akan diklaim milik daerah lain, belum lama ini Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang pun melakukan identifikasi dan karakterisasi padi Sri Mulyo.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang Ade Sri Kuncoro Kusumaningtyas mengatakan ini merupakan identifikasi kedua untuk padi lokal yang berasal dari Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman.
“Itu anjuran dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi Jateng, seminggu sebelum pelaksanaan panen harus dilakukan identifikasi hasil produksi padi lokal Sri Mulyo ini,” kata Ade di sela kegiatan tersebut.
Diungkapkan Ade, identifikasi dimulai dengan cara menghitung berapa bulir malai baik yang berisi maupun hampa. Identifikasi ini akan memperkirakan berapa hasil produksi dalam satu hektar.
Penghitungan itu, lanjutnya, guna menentukan padi yang sudah ada varietasnya akan ditemukan spesifikasi fisik dari padi ini. Dari tinggi tanamannya, kemudian jumlah malai, serta jumlah bulir pada tiap malai.
“Dari situ akan diketahui setiap varietas memiliki ciri spesifikasi fisik masing-masing,” imbuhnya.
Demplot di Desa Sriwedari ini kurang lebih 4.000 meter. Diperkirakan hasil panen oleh penggarap dan pelaku organik di lahan demplot ini sekitar 2 ton.
Diharapkan dengan identifikasi ini akan bisa diterbitkan sertifikasi lokal yang boleh dikembangbiakan di seluruh kecamatan di Kabupaten Magelang.
Menurut Ade, padi Sri Mulyo ini memang varietas yang memang belum ada namanya. Kemudian petani Kalisalak sendiri tidak tahu ini varietas apa, ternyata tadi sudah disampaikan 10-15 tahun yang lalu padi ini dikembangkan di Kalisalak dengan nama lokal Jangir. Kemudian oleh petani setempat akhirnya dinamai dengan nama Sri Mulyo.
“Mudah-mudahan dengan identifikasi oleh BPSB wilayah Kedu dan Provinsi Jateng, serta balai benih Kabupaten Magelang padi lokal ini bisa kita sertifikasikan dan diusulkan menjadi varietas lokal,” jelasnya.
Dijelaskan Ade, saat ini di Magelang yang sudah diluncurkan baru Mentik Wangi Susu. Dengan kehadiran padi Sri Mulyo ini diharapkan bisa menjadi varietas unggulan yang kedua.
Untuk itu pihak Distan Pangan Kabupaten Magelang akan mengawal untuk identifikasi geografi agar bisa diklaim bahwa ini kepunyaan Kabupaten Magelang mengingat sementara ini belum ada spesifikasi padi seperti ini. Karena yang sering dikembangkan di Magelang berasal dari program pemerintah seperti Inpari 32, Inpari 42 kemudian Ciherang atau varietas yang biasa diperuntukan dalam program pemerintah.
Menurut Ade, tujuan dari identifikasi ini, pertama adalah kebanggaan dan yang kedua pastinya potensi di Magelang ini ternyata ada varietas lokal yang perlu diketahui dan perlu juga disertifikasikan atau dilegalkan.
Selain itu, agar masyarakat Magelang memiliki padi varietas lokal yang mampu bersaing kualitas produksinya dengan produk kabupaten lain.
“Harapan kami bisa memberikan pendapatan lebih untuk masyarakat. Apalagi kualitas dari beras ini juga sangat baik dan bisa bersaing dengan beras-beras premium,” pungkasnya. (*)