NYATANYA.COM, Yogyakarta – Stunting merupakan salah satu masalah yang dihadapi anak pada seribu hari kehidupannya yang dapat mengakibatkan pertumbuhan anak tidak normal. Hal itu disebabkan karena pada saat ibu hamil, menyusui dan memberi makan mengalami kekurangan gizi.
Kekurangan gizi bisa disebabkan faktor ekonomi, rendahnya pemahaman tentang gizi dan perilaku makan yang kurang memperhitungkan pemenuhan gizi.
Untuk mengantisipasi hal itu Pemkot bersama para pemangku kebijakan berupaya agar kota Yogyakarta bisa menjadi zero stunting melalui berbagai program kegiatan di OPD maupun masyarakat, seperti Dapur Balita.
Hal itu disampaikan Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi yang hadir dalam kegiatan Strong Yogyakarta, pada Kamis (31/3/2022) di Pendopo Kemantren Tegalrejo.
Wakil Walikota Yogyakarta menandaskan pentingnya kerjasama dengan para pihak baik instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi maupun perusahaan dalam upaya pencegahan stunting di Kota Yogyakarta.
Dengan sinergitas dan kebersamaan stunting bisa diatasi, terlebih di Kota Yogyakarta memiliki potensi sumber daya manusia dan jejaring.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Yudiria Amelia didampingi Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Rizka Novriana menuturkan bahwa kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 28 Maret – 1 April 2022.
Kegiatan penanganan stunting ini bertujuan untuk mencari tahu faktor dan resiko gejala stunting pada balita sejak dini agar mendapatkan penanganan langsung.
Dalam kegiatan ini pasien akan diarahkan untuk antropometri pengukuran tinggi, berat badan anak dan orangtua, setelah itu di lakukan wawancara terkait nutrisi, makanan apa saja yang dikonsumsi pasien sehari-harinya untuk mengetahui kecukupan nutrisi pada anak, lalu melakukan pemeriksaan fisik, apakah ada penyakit bawaan dan lain sebagainya
Setelah itu akan dironsen dan diperiksa oleh dokter radiologi agar diketahui kondisi yang selanjutnya diperiksa oleh dokter spesialis anak. Dalam pemeriksaan ini juga dampingi oleh dokter umum puskesmas setempat. Hal itu dilakukan agar bila ada tindak lanjut yang diperlukan Puskesmas telah mengetahui kondisi anak.
Bila ternyata anak memerlukan tindakan medis maka akan dirawat di Puskesmas atau rumah sakit dengan rujukan BPJS. Namun bila dinyatakan sehat tapi stunting akan ditindaklanjuti melalui Puskesmas untuk pemantauannya dan diberikan bantuan berupa makanan tambahan (PMT) selama 90 hari.
Banyaknya anak dan orang tua yang datang dan memeriksakan kondisi anaknya menunjukkan animo masyarakat. Lili dan Bela dua orang ibu yang turut serta memriksakan anaknya menuturkan rasa syukurnya mendapatkan kesempatan untuk melakukan cek kesehatan untuk anaknya.
Mudah-mudahan kegiatan semacam ini bisa dilaksankan secara berkala agar anak bisa terhindar dari stunting dan tidak tertular penyakit yang lain katanya.
Kegiatan Strong Yogyakarta merupakan kerjasama Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Ikatan Dokter Anak Kota Yogyakarta yang dilaksanakan selama 4 hari dengan target 80 balita/hari.
(*)