NYATANYA.COM, Jakarta – Osman merupakan putra ketiga (bungsu) dari Ertugrul dan Halime Sultan. Kakeknya adalah Sultan Shah, pemimpin Suku Kayi dari keturunan Oghuz yang membawa pengikutnya melepaskan diri dari kejaran tentara Mongol menuju wilayah Asia kecil atau Anatolia (kelak menjadi negara Turki).
Osman mewarisi kehebatan kakek dan ayahnya dalam berjuang sebagai pemimpin pengikutnya, yang kelak dikenal sebagai Osman Ghazi, sang peletak kekhalifahan Ustmaniyah atau Ottoman.
Ibu Osman meninggal saat melahirkannya, sehingga Osman dirawat oleh Sugay Hatun sebagai ibu susunya. Walaupun tidak sempat bertemu ibunya, Osman sangat menyayangi mendiang ibunya.

Osman merasa sedih bila melihat sahabatnya, Aybars, bisa mendapatkan pelukan hangat ibunya. Begitu juga ketika Ertugrul ayahnya ingin menikahi wanita bernama Ibilge, Osman menjadi satu-satunya anak Ertugrul yang tidak setuju.
Beruntung Osman memiliki bibi Selcan Hatun yang baik hati dan dianggapnya sebagai pengganti sosok ibunya. Ayah Osman, keluarga, dan pengikutnya dari Suku Kayi tinggal berdekatan dengan perbatasan Byzantium (Romawi).
Mereka mendapatkan penghargaan daerah tersebut dari Sultan Seljuk karena jasanya membantu perlawanan melawan Byzantium. Saat Ertugrul harus ke daerah Konya untuk sebuah misi, tanggungjawab terhadap Suku Kayi diberikan kepada adiknya yang bernama Dundar Bey.
Pertikaian karena perbedaan keyakinan dan pandangan politik yang tak pernah selesai antara Ertugrul dari Suku Kayi dan musuhnya Tekfur Yorgopolos dari Kastil Kulucahisar (bagian dari Byzantium) akhirnya mulai menemukan titik temu jalan damai melalui sebuah kesepakatan.
Tekfur sangat menghormati Ertugrul dan antusias dengan rencana perdamaian dengan misi Suku Kayi yang diwakili Dundar Bey. Dundar Bey didamping Osman Bey, Gunduz Bey (kakak dari Osman), dan Aybars Bey (sahabat kepercayaan Osman) pun menemui Tekfur ke Kastil Kulucahisar.
Namun ketika kesepakatan perdamaian akan berlangsung, sebuah peristiwa mengejutkan terjadi. Tekfur dan Dundar Bey justru nyaris menjadi target pembunuhan misterius yang merupakan bagian dari sebuah skenario jahat tersembunyi dari Ratu Sofia, istri Tekfur sendiri.
Untungnya saat itu Osman Bey yang selalu waspada berhasil menyelamatkan Tekfur ataupun Dundar Bey dari upaya pembunuhan tersebut.

Mewarisi sikap ksatria ayahnya, Osman menunjukkan kecerdasan dan keberaniannya untuk membuka tabir nyaris terbunuhnya Tekfur dan Dundar.
Di depan Dundar Bey dan Tekfur serta disaksikan Gunduz Bey dan Kolanos (tangan kanan Tekfur), Osman angkat bicara ingin menuntaskan misteri tersebut.
Osman Bey meminta syarat diberikan akses otoritas kekuasaan agar tidak terjadi salah paham kompensasi antara Suku Kayi dan Kastil Kulucahisar.
Osman Bey didampingi sahabatnya, Aybars Bey (putra dari Bamsi Beyrek, orang kepercayaan Ertugrul), berangkat menunaikan misi menuntaskan persoalan di balik peristiwa nyaris terbunuhnya Tekfur dan Dundar.
Perjalanan ini ternyata membuat Osman menemukan banyak peristiwa yang mempengaruhi kehidupannya dan perjuangannya kelak menjadi pendiri kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman.
Mulai dari kehilangan seorang sahabat, pengkhianatan kerabatnya sendiri karena haus akan kekuasaan, konspirasi jahat Ratu Sofia dan Kolanos dari Byzantium, hingga pertemuannya dengan Bala Hatun, putri seorang tokoh spiritual bernama Syeikh Edebali.
Syeikh Edebali dan Bala Hatun banyak memberikan motivasi Osman untuk lebih arif dan bijak dalam memimpin. Jiwa muda Osman yang awalnya cenderung emosional dan bergejolak tanpa perhitungan mulai tertata dengan baik lewat ajaran agama Syeikh Edebali.
Hal tersebutlah yang membuat Syeikh Edebali mengikhlaskan putrinya dinikahi Osman. Perjuangan Osman semakin lebih terarah dan penuh strategi, bahkan Osman dan pengikutnya mampu menguasai Kastil Kulucahisar serta menumbangkan kezaliman Ratu Sofia.
Babak barupun dimulai, takluknya Kastil Kulucahisar membuat Kaisar Bizantium, Andronikos II, marah dan mengirimkan pemimpin andalannya, Aya Nikola, untuk menjadi Tekfur baru di sana.
Di situasi lain, Ertuğrul akhirnya kembali dari perjalanan panjangnya ke Konya. Seluruh pengikutnya dari Suku Kayi menyambut suka cita, namun bercampur sedih karena Ertugrul menderita sakit yang parah. Suku Kayi berharap Ertugrul mulai melakukan suksesi penerus kepemimpinannya di tengah drama dan ambisi yang muncul.

Belum lagi munculnya figur pemimpin lain, Yavlak Arslan, yang juga berambisi memimpin di Anatolia. Wasiat Ertugrul kepada Osman untuk menikah lagi dengan Mal Hatun putri seorang pemimpin sahabat ayahnya membuat Osman dan Bala Hatun penuh dilema.
Sejak awal Osman sangat mencintai Bala Hatun dan tak ingin menyakiti hatinya. Begitu juga dengan hati wanita tulus seperti Bala Hatun yang tentunya sulit menghadapi kenyataan tersebut.
Kegalauan pun semakin menjadi ketika Osman bertemu tanpa sengaja dengan Malhun Hatun dalam sebuah konflik. Dalam sedih, Bala Hatun mencurahkan perasaannya kepada sang ayah Syeikh Edebali.
Sementara itu perjuangan Osman keluar dari tekanan Mongol dan Byzantium semakin kompleks. Osman dan pengikut setia nya harus mampu membaca strategi licik pengkhianatan yang ada dalam lingkar dalam Suku Kayi.
Sementara itu kehadiran Mal Hatun ternyata semakin membuat pasukan Mongol semakin buas dan ingin menguasai secara sekaligus Suku Kayi dan Suku Bayindir dari ayah Mal Hatun yang mulai bersatu.
Dari pihak Byzantium, Aya Nikola-pun tak mau kehilangan kesempatan untuk menaklukkan Suku Kayi dengan berbagai cara, termasuk mendekati pengikut Suku Kayi yang mau mengkhianati Osman dengan sejumlah imbalan.
Bagaimana upaya Osman keluar dari tekanan masalah keluarga, drama pengkhianatan, dan politik agresi bangsa Mongol dan Byzantium? Kurulus Osman Season 2 memberikan jawaban atas drama dan konflik yang terjadi di sekitar Osman, sang pendiri Utsmaniyah (Ottoman).
(*)