NYATANYA.COM, Temanggung – Sebanyak 30 siswa SMA Negeri 2 Temanggung disiapkan menjadi agen perubahan antiperundungan. Mereka diharapkan dapat mengedukasi temannya, untuk mencegah aksi-aksi perundungan.
Kepala SMAN 2 Temanggung Bambang Heryanto menyampaikan, bullying atau perundungan masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan di Indonesia.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah terjadinya perundungan di dunia pendidikan, salah satunya dengan kegiatan roots day di SMA Negeri 2 Temanggung, dengan melakukan sosialisasi kepada 30 siswa yang disiapkan menjadi agen perubahan antiperudungan.
“Ini merupakan program dari Kementerian Pendidikan, yang bekerja sama dengan Puspeka dan Unicef,” katanya, saat ditemui seusai membuka sosialisasi pencegahan perundungan di Aula SMAN 2 Temanggung, Kamis (19/8/2021).
Ditambahkan, program itu sangat penting mengingat masih banyaknya perundungan atau bullying di lingkungan tempat tinggal atau sekolah. Sehingga, berefek negatif bagi pelaku maupun korban perundungan.
“Makanya, diperlukan kegiatan semacam ini, agar tindakan perundungan bisa dihindari di manapun, khususnya di sekolah-sekolah,” beber Bambang.
Bambang menyampaikan, sebagai langkah awal pihaknya menyiapkan 30 agen perubahan antiperundungan dari perwakilan tiap-tiap kelas. Mereka diharapkan bisa menjadi penggerak, mengedukasi rekan-rekannya, agar mencegah aksi-aksi perundungan.
“Dari 30 (orang) calon agen perubahan ini nanti bisa melaporkan atau menyampaikan informasi kepada pembimbing atau pembina, jika melihat ada aksi perundungan,” terang Bambang.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Pramesti Ariyani mengatakan, untuk menjadi agen perubahan, 30 siswa terlebih dahulu mendapat sosialisasi materi dasar tentang perundungan serta dampaknya.
Selain dari guru pembimbing, materi juga disampaikan oleh pemateri dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPPAPPKB), serta Polres Temanggung.
“Dari sosialisasi dasar ini, para agen perubahan akan mengerti apa itu perudungan, baik yang fisik maupun verbal, serta dampak negatifnya. Sehingga nantinya bisa diperoleh pemahaman bersama,” katanya.
Pramesti menambahkan, 30 siswa ini terpilih dari sekitar 950 siswa SMAN 2 Temanggung. Mereka merupakan perwakilan dari kelas, yang sebelumnya telah memberikan aspirasi dan dipandang mampu menjadi agen perubahan.
Sementara itu, salah satu calon agen perubahan antiperundungan, Via Anna, mengatakan senang terpilih menjadi salah satu agen perubahan antiperudungan. Sebab, secara pribadi dirinya tidak setuju dengan praktik-praktik perundungan atau bullying, khususnya di lingkungan sekolah.
“Sebagai agen perubahan, saya harus memberi contoh agar tidak melakukan bullying, dan mencegah adanya aksi bullying di sekolah,” pungkasnya. (*)