NYATANYA.COM, Jakarta – Senapan tembak jitu atau senapan runduk buatan pabrik senjata Pindad, yaitu Senapan Penempak Runduk (SPR-1) memang sempat kalah populer dibanding ‘adik-adiknya’ seperti SPR-2 kaliber 12,7 mm, SPR-3 kaliber 7,62 mm dan SPR-4 kaliber 8,6 mm (Lapua Magnum).
Senapan runduk generasi pertama buatan pabrik senjata asal Kiara Condong, Bandung ini lahir di tahun 2000. Saat itu Indonesia terkena embargo senjata dari pihak Barat dan pada saat bersamaan konflik bersenjata di Aceh melawan kelompok GAM sedang panas-panasnya
Untuk membekali prajurit (khususnya sniper) yang akan turun di medan laga, TNI AD bekerja sama dengan Pindad mengembangkan senapan runduk baru yang lebih mumpuni. Tak seratus persen baru, senapan ini dikembangakan berdasarkan Mauser SP 66 buatan Jerman yang dimiliki TNI AD dalam jumlah cukup banyak.
Mengenai cara kerjanya, SPR-1 serupa dengan senapan Mauser SP 66. Yakni menganut sistem short-throw bolt action. Yang sedikit membedakan, adalah umpan peluru. Bila Mauser SP 66 tersedia magasen untuk tiga putaran, sedangkan SPR-1 hanya satu putaran (one shot) saja.
Untuk kenyamanan penggunanya, senapan berangka kayu dan berbobot 6 kg lebih ini dilengkapi sandaran pipi di popornya yang ketinggiannya bisa diatur. SPR-1 juga telah menggunakan bipod tipe Harris untuk penyetabil serta teropong bidik merk Leopard 4X
Sebelum masuk jalur produksi, SPR-1 telah diuji coba secara intensif bahkan juga diadu dengan senapan runduk koleksi TNI AD lainnya. Di lapangan, SPR-1 terbukti sanggup mengungguli senapan runduk kaliber yang sama (7,62X51 mm) yakni Steyr SSG-69, Galil Sniper, dan Accuracy International AW.
Disebutkan juga, SPR-1 mampu mengenai sasaran tembak sejauh 900 meter dengan diameter perkenaan 14 cm. Sedangkan senapan runduk lainnya jarak jangkauan efektifnya hanya 600 meter saja. (N2)