NYATANYA.COM, Yogyakarta – Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan pentingnya nilai-nilai kejuangan yang lahir dalam suasana perjuangan kemerdekaan. Nilai kejuangan yang dimiliki sejak dahulu ini merupakan hal penting bagi bangsa Indonesia guna bekal menapaki masa depan.
Hal ini diungkapkan Sri Sultan pada Sosialisasi Keppres RI tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara yang dilakukan secara daring, Senin (7/3/2022).
Bertindak sebagai pembicara kunci dari Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Sri Sultan mengatakan, disahkannya tanggal 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara (HPKN) dengan terbitnya Keppres RI Nomor 2 Tahun 2022, menjadi momen historis, khususnya bagi Pemerintah Daerah DIY dan seluruh warganya.
“Dalam konteks masa kini, yang terpenting adalah nilai-nilai kejuangan yang lahir perlu terus-menerus dipelihara sebagai sumber kekuatan semangat kebangsaan kita. Kelangsungan hidup bangsa tergantung pada keberhasilan membangkitkan, menggerakkan, menata, dan mengarahkan seluruh potensi nasional menjadi bagian dari dunia baru,” papar Sri Sultan.
Menurut Sri Sultan, terdapat satu hal yang sama sekali tidak boleh berubah dari bangsa Indonesia sejak dulu dan untuk seterusnya, yakni jiwa dan semangat sebagai pejuang.
Jiwa dan semangat pejuang itu tetap diperlukan sepanjang zaman, karena pembangunan bangsa memerlukan sikap kepahlawanan dan kegigihan pejuang.
“Karena sekarang ini kita hidup di suatu masyarakat yang terus bergerak dinamis, maka akan dihadapkan semakin susutnya para pelaku sejarah, dan semakin jauhnya jarak antara peristiwa sejarah tersebut dengan generasi di masa depan,” jelas Sri Sultan.
Ditambahkan Sri Sultan, disahkannya HPKN sekaligus menjadi sebuah tetenger, bahwa Serangan Umum 1 Maret lahir dari ‘manunggal’-nya banyak tokoh dan ‘golong gilig’-nya seluruh masyarakat, dalam spirit ‘Satya Wacana Mahardika’.
Sri Sultan juga mengajak semua pihak senantiasa meneladani api juang, rasa persatuan dan kesatuan, serta sikap pantang menyerah yang telah ditunjukkan para pendahulu.
“Marilah jadikan momentum ini sebagai rintisan untuk menuju peradaban DIY yang lebih baik dan sejahtera, dalam bingkai satu nusa, satu bangsa, satu Indonesia, dengan mengubah mitos menjadi etos, melalui berbagai upaya konkrit dan kontribusi aktif-konstruktif dalam membangun bangsa,” imbuh Sri Sultan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri RI, Bachtiar mengatakan, kegiatan sosialisasi ini sengaja dibuat dengan mengundang berbagai unsur komponen bangsa dan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan guna mendapatkan pemahaman dan penjelasan yang lengkap dan utuh mengenai penetapan HPKN.
“Penetapan hari besar menjadi penting dalam sebuah negara yang merdeka karena sebagai pertanda momentum perjuangan bangsa. Sejarah perjuangan bangsa ini perlu kita pahami semua, terutama bagi generasi muda yang mungkin tidak banyak lagi mengetahui sejarah yang panjang itu,” ungkapnya.
Dikatakan Bachtiar, momentum penegakan kedaulatan negara yang pada puncaknya adalah Serangan Umum 1 Maret 1949, bukanlah sebuah peristiwa yang berdiri sendiri.
Peristiwa ini memang dirancang sedemikian rupa dan menjadi momentum penting, sehingga negara-negara di dunia dan PBB tahu Indonesia masih ada dan berujung pada pengakuan Belanda terhadap Indonesia sebagai negara berdaulat.
“Penetapan 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara tentu harus kita dukung, karena ini bagian dari meningkatkan semangat jiwa dan rasa nasionalisme kita, persatuan kita sebagai bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat,” imbuhnya.
(N1/Aja)