Home / Panggung

Sabtu, 7 Agustus 2021 - 16:30 WIB

Talk Show Launching Gendhing Soran Volume 1 dan Beksan Anak Keraton Yogyakarta

Talk Show Launching Gendhing Soran Volume 1 dan Beksan Anak Keraton Yogyakarta. (Foto:kratonjogja.id)

Talk Show Launching Gendhing Soran Volume 1 dan Beksan Anak Keraton Yogyakarta. (Foto:kratonjogja.id)

NYATANYA.COM, Yogyakarta – KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta Senin (26/7/2021) lalu mengadakan Talk Show: Launching Gendhing Soran Volume 1 dan Beksan Anak Keraton Yogyakarta.

Talk Show (Gelar wicara) yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube Kraton Jogja pukul 19.00 WIB dari Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti itu sejatinya digelar untuk menggantikan Uyon-Uyon Hadiluhung Selasa Wage yang biasanya menyajikan serangkaian gendhing dan tarian.

Gelar wicara dimoderatori oleh KRT Widyopranasworo. KMT Suryowaseso, Wakil Penghageng KHP Kridhomardowo, mengawali diskusi dengan menceritakan perkembangan Uyon-uyon Hadiluhung hingga saat ini.

Pertunjukan Uyon-uyon Hadiluhung dikemas mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan pakem. Sebagai langkah regenerasi, Keraton Yogyakarta juga membuka kesempatan bagi anak muda untuk menjadi Abdi Dalem Wiyaga, Pasindhen dan penari.

Kanjeng Suryowaseso juga menyampaikan bahwa Keraton Yogyakarta mengapresiasi dan mendukung Hari Anak Nasional yang diperingati 23 Juli dengan menampilkan tarian dan karawitan anak-anak. Sedianya pertunjukan tersebut akan dipentaskan pada Uyon-uyon Hadiluhung Selasa Wage (26/7/2021).

“Namun, karena masih dalam kondisi pandemi dan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pementasan beksan dan karawitan anak-anak ditunda pelaksanaannya hingga suasana kondusif,” terang Kanjeng Suryowaseso dalam keterangan resminya, Jumat (6/8/2021).

Baca juga   Meski Omset Belum Pulih, Pemkot Siapkan MoU dengan Pedagang Teras Malioboro 2

Sementara Mas Wedana Susilomadyo selaku penata gendhing menjelaskan kilas balik peluncuran Gendhing Soran yang diresmikan pada Senin Pon (21/6/2021) lalu bertepatan dengan Hari Musik Dunia.

Gendhing Soran berasal dari kata sora yang artinya keras. Gendhing ini memiliki sifat yang gagah, prasaja dan agung. Gendhing Soran selalu ditabuh di awal pementasan untuk menggugah rasa dan semangat. Berbeda dengan Gendhing Lirihan, Gendhing Soran dihasilkan dari tabuhan semua instrumen gamelan.

“Tabuhan Gendhing Soran didominasi dari instrumen yang “mangaribawani”, seperti demung, saron peking, bonang panembung, bonang barung, kendhang, slenthem, gong dan tanpa menggunakan pasindhen (pelantun tembang),” tukas Mas Wedana Susilomadyo.

Sesuai dengan mandat dari KPH Notonegoro selaku Penghageng KHP Kridhomardowo, peluncuran Gendhing Soran dilakukan untuk mengenang masa lalu namun dikemas masa kini tanpa melupakan esensinya.

Gendhing Soran Volume 1 diluncurkan dengan singkat dan padat tetapi tetap memenuhi aturan yang berlaku. Keraton Yogyakarta sebagai garda depan budaya juga harus memberi contoh agar kesenian bisa diterima seiring perkembangan zaman.

Gelar wicara beralih ke topik selanjutnya yang dipaparkan oleh Nyi Raden Wedana Pujaningrum selaku pamucal (pengajar) beksan putri. Berkecimpung di dunia tari selama 30 tahun, Nyi RW Pujaningrum selalu berupaya meningkatkan kecintaan tari pada anak-anak dimulai sejak usia PAUD.

Baca juga   Sejumlah Musisi Lintas Genre Rilis Lagu ‘Menjadi Indonesia’ Bersama IM3

Dengan menanamkan seni tari sejak dini, anak-anak menjadi lebih mudah memperhatikan dan mempelajari. Nyi RW Pujaningrum mencontohkan, jika usia anak-anak lebih banyak aktivitas bermain, maka tarian dasar yang diajarkan juga mengandung permainan anak-anak.

Sejalan dengan Nyi RW Pujaningrum, Mas Jajar Kusolomatoyo sebagai pamucal beksan putra memaparkan bahwa tari klasik memiliki pakem-pakem. Namun, untuk gerak tari anak-anak diracik sederhana dan disesuaikan dengan psikologis mereka.

Hal ini bertujuan agar anak-anak senang dalam mempelajari tari. MJ Kusolomatoyo juga bertugas mengajar Beksan Laras Raga, yang sedianya ditampilkan untuk memeriahkan Hari Anak Nasional. Tarian ini juga akan menjadi bahan ajar tari anak-anak di keraton.

Nyi RW Pujaningrum maupun MJ Kusolomatoyo sependapat untuk menjaga kebudayaan Yogyakarta dengan cara yang mudah dijalankan namun tidak menghilangkan rasa.

Keduanya juga mengingatkan bahwa menanamkan budaya pada anak-anak menjadi tugas kita bersama agar kebudayaan tetap lestari seiring perkembangan zaman. (*)

Share :

Baca Juga

Karya Micomic yang akan dipamerkan dalam No Boundaries. Foto: Ist

Panggung

D’Art Management Terabas Batas Lewat Pameran Bertajuk “No Boundaries”
Fitriansyah Pipit bersama Amir Roez merilis single Syukur Nikmat. (Foto: Istimewa)

Panggung

Lewat Rock Spiritual Journey, Fitriansyah Pipit – Amir Roez Luncurkan Singel ‘Syukur Nikmat’

Panggung

Koesplusan di Jenggleng Cafe, Malam Ini Hadirkan Jetsmail Band

Panggung

Besok Malam di Net TV, Sheila on 7 Konser Spesial Lebaran
Pameran Ilustrasiana 'Multikultural dari multipersonal' di Bentara Budaya Yogyakarta. Foto: Agoes Jumianto

Panggung

Usung Tema Multikultural dari Multipersonal, 24 Ilustrator Pameran ‘Ilustrasiana’ di Bentara Budaya Yogyakarta
Konser Semua Jadi Satu. Foto: Ist

Panggung

Fariz RM, Deddy Dhukun dan Mus Mujiono Gelar Konser “Semua Jadi Satu” 29 Juli 2022
Ndarboy Genk dan penghargaan Penyanyi Ambyar Pria Terbaik MNCTV. (Foto: Instagram @ndarboy_genk)

Panggung

“Mendung Tanpo Udan” Bawa Ndarboy Genk Penyanyi Ambyar Pria Terbaik MNCTV
Pemerintah Kabupaten Rembang telah membuka pendaftaran festival Tong-tong Klek, yang rencananya digelar akhir April 2022. (Foto: Kominfo Rembang)

Panggung

Festival Tong-tong Klek Kembali Digelar, Peserta Dibatasi dan Harus Ber-KTP Rembang