NYATANYA.COM, Yogyakarta – Kelompok musik asal Yogyakarta Shaggydog, merayakan 24 tahun perjalanannya di dunia musik tanah air.
Sebagai penanda 24 tahun kiprahnya itu, Shaggydog merilis buku biografi ‘Angkat Sekali Lagi Gelasmu Kawan’.
Buku tersebut bahkan juga diserahkan pada Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada 28 April 2022 lalu.
“Sukses terus buat Shaggydog,” demikian kata Sri Sultan Hamengku Buwono X seperti ditirukan oleh Heruwa vokalis Shaggydog.
Buku dipilih sebagai penanda perjalanan band yang lahir di Sayidan karena menurut Heruwa, Shaggydog yang terdiri dari Heruwa (vokal), Bandizt (bass), Lilik (kibor), Yoyok (dram), Richard dan Raymond (gitar) berasal dari sebuah komunitas dan sekarang saatnya untuk berbagi kisah dengan orang-orang yang turut membesarkan nama Shaggydog.
“Selama 24 tahun ini kami menemui banyak orang dan banyak peristiwa dan berbagai hal, kami pikir ini saatnya untuk membagi semua itu dengan fans dan teman-teman,” tutur Heru.
Shaggydog band yang tidak ada matinya, banyak orang beranggapan band ini merupakan Ikon Ska Yogyakarta.
Penggambaran yang tepat tentang sebuah band yang telah melanglang buana selama 24 tahun dan semakin solid menghasilkan karya.
Setelah masuk nominasi AMI Awards 2021 untuk kategori Artis Keroncong Langgam/Ekstra/Kontemporer bersama Ndarboy Genk dan OK Puspa Jelita plus merilis video klip Di Sayidan versi Keroncong, kali ini enam pemuda asal kampung Sayidan ini merilis sebuah buku.
Tidak banyak grup musik yang berpikir untuk membuat sebuah buku biografi, Sebagian besar band dan musisi lebih memilih merilis karya berupa lagu daripada dokumentasi tertulis mengenai perjalanan karier mereka.
Dalam penggarapan buku ini Shaggydog menggandeng Ardhana Pragota, untuk menulis ulang perjalanan mereka berkarier.
Buku ini terbagi dalam 4 bab: Rude Boy, Boom Ska, Bersinar dan Masih Bersama dimana masing–masing babak menceritakan era penanda perubahan karier serta ditambah bonus session menganalisa Shaggydog melalui data.
Bagian demi bagian buku ini digali oleh Pragota dari memori para personil Shaggydog yang sering kali lupa beberapa hal detail (maklum, faktor umur) sehingga tidak jarang mereka saling bersitegang ketika mendengarkan cerita yang berbeda dari point of view masing–masing.
Bersama dalam sebuah band selama 24 tahun membuat persahabatan mereka mengental, menjadikan perbedaan pendapat bahkan perseteruan menjadi hal yang bisa dimaklumi.
Mulai kepindahan Heruwa dari hiruk pikuk pesta pora-nya Bali ke atmosfer kebudayaan kota Yogyakarta yang tenang, kisah pertemuan anak–anak SMA yang kemudian menjadi cikal bakal Shaggydog, era keemasan Ska sampai kebangkrutan dan kebangkitan Shaggydog dikupas tuntas di buku ini.
Tidak hanya berwujud teks, buku ini juga memuat visual berupa foto koleksi pribadi yang sebagian besar belum pernah dipublikasikan.
Digaetlah dua seniman yang kompeten dalam hal fotografi sebagai kurator foto tersebut yaitu Angki Purbandono dan Agan Harahap.
Pada bagian analisa, Pragota bekerjasama dengan ilmuwan data, Tyas Nuur Kholish, untuk meneliti musik Shaggydog menggunakan teknologi data science sehingga secara matematis menghasilkan telaah paduan argumen musik secara kuantitatif.
Melalui lagu Shaggydog yang tersedia di platform streaming Spotify dan bantuan piranti bahasa pemrograman Python, mereka berhasil mendapatkan data akurat yang dikemas sebagai mesin analisis untuk melihat keinginan pasar secara lebih tepat.
(*/N1)