NYATANYA.COM, Yogyakarta – Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Respati Yogyakarta (Unriyo) memfasilitasi ruang laktasi atau ibu menyusui di Teras Malioboro 2.
Keberadaan ruang laktasi itu mempermudah para ibu untuk menyusui anaknya secara aman dan nyaman saat berwisata di kawasan Malioboro.
Kehadiran ruang ibu menyusui itu adalah wujud Yogyakarta sebagai kota wisata sayang ibu anak.
Ruang menyusui di Teras Malioboro 2 itu adalah bagian dari wujud penelitian Unriyo yang didanai Pemkot Yogyakarta.
Penelitian mengangkat inovasi aplikasi Ruang Sehati dan penyediaan setting ruang menyusui publik sebagai bentuk Yogya kota wisata dalam upaya keberhasilan pemberian ASI eksklusif dan pencegahan stunting.
“Pengendalian stunting adalah salah satu prioritas Pemkot Yogyakarta, sehingga penyediaan ruang laktasi adalah salah satu wujud untuk mendukung itu,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkot Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, usai peluncuran ruang laktasi di Teras Malioboro 2, Kamis (9/6/2022).
Ruang ibu menyusui itu tepatnya berada di Teras Malioboro 2 sisi barat. Ruang menggunakan bangunan portable berbentuk gunungan dengan ukuran 2,5 meter x 1,5 meter dan tinggi 3 meter.
Di dalam ruang menyusui terdapat fasilitas tempat duduk, wastafel, tempat mengganti popok bayi dan tempat sampah. Meskipun tertutup ada fasilitas exhaust fan untuk menjaga sirkulasi udara di ruangan tetap bersih dan segar.
“Kita ingin menunjukan kepada publik lebih luas tentang keseriusan Pemkot Yogyakarta dalam pengendalian stunting. Maka di sinilah di Teras Malioboro menjadi tapak strategis,” paparnya.
Aman menyatakan keberadaan ruang laktasi itu adalah bukti nyata Pemkot Yogyakarta memberikan ruang penelitian. Hal itu juga sebagai bentuk program pentahelix antara Pemkot Yogyakarta yang melibatkan dunia pendidikan.
Terutama untuk mendukung program Pemkot Yogyakarta dalam pengendalian stunting. Oleh sebab itu pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Unriyo dan jaringan penelitian.
Sementara itu Ketua Tim Peneliti Unriyo, Giyawati Yulilania Okinarum mengatakan pemberian ASI adalah hak asasi bayi yang tertuang dalam Permenkes, Undang Undang Kesehatan dan peraturan daerah.
Termasuk keberadaan ruang laktasi juga diatur seperti di tempat-tempat publik seperti tempat wisata wajib ada ruang laktasi.
Penelitian inovasi itu berawal dari keresahan akan sulitnya mendapatkan ruang laktasi yang layak dan nyaman.
“Ruang laktasi di tempat wisata dibutuhkan karena cukup banyak ibu menyusui yang berwisata. Kami melakukan observasi selama empat hari saat instalasi belum selesai sudah banyak ibu menyusui yang menggunakan ruang laktasi ini,” terang Giyawati.
Dia menjelaskan untuk inovasi aplikasi Ruang Sehati itu terintegrasi dengan ruang laktasi tersebut. Aplikasi Ruang Sehati yang bisa diakses di telepon selular itu berisi fitur-fitur untuk mendukung ketercapaian keberhasilan ASI di Kota Yogyakarta.
Termasuk ada fitur e-growth untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun dia menegaskan penelitian itu belum selesai saat ini.
“Ada fitur yang menentukan titik-titik lokasi ruang menyusui di Kota Yogyakarta. Yang menjadi unggulan adalah bisa berkonsultasi secara real time dengan konselor laktasi secara gratis melalui aplikasi ini,” tambahnya.
Menurut salah seorang wisatawan sekaligus ibu menyusui, Usrifatul Janah, ruang laktasi itu cukup membantu para ibu menyusui saat berwisata di Malioboro.
Ruang tertutup dan fasilitas yang disediakan bermanfaat bagi para ibu menyusui.
“Nyaman. Dengan adanya ruang laktasi ini cukup membantu para ibu. Apalagi banyak ibu-ibu muda masih kurang nyaman menyusui di tempat terbuka,” ucap Usrifatul wisatawan asal Madura itu.
(Tri/N1)