NYATANYA.COM, Yogyakarta – Kisah para prajurit TNI di medan tempur selalu menarik untuk diungkap dan tidak akan penah ada habisnya untuk diceritakan. Satu di antaranya adalah kisah prajurit TNI bernama Pembantu Letnan Dua (Letda) Zuhri.
Tentara yang kini dinas aktif di satuan Kodim 0734/Yogyakarta menceritakan pengalaman yang mengharu biru dan tak akan mampu dilupakan seumur hidupnya, saat dirinya mendapat tugas perintah melaksanakan operasi di Bumi Serambi Mekkah, yaitu Nanggroe Aceh Darusasalam (NAD) pada tahun 2003 silam.
Semasa aktif sebagai tentara yang dinas di pasukan tempur, yaitu di batalyon 305, Pelda Zuhri bersama rekan-rekannya menerma surat perintah melaksanakan tugas operasi di Aceh yang saat itu masih bergejolak. Pertempuran demi pertempuran yang nyaris merenggut nyawanya menjadi kisah yang akan terus dikenangnya.
Dan Pelda Zuhri kembali membuka kenangan itu lalu mengisahkannya kepada Nyatanya.Com.
Awal tahun 2003, satuan Batalyon 305/Kujang yang merupakan satuan organik brigade lintas udara yang bermarkas di Karawang menerima perintah berangka operasi ke Aceh guna bergabung dengan satuan-satuan lainnhya untuk menumpas kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang semakin hari kian merongrong NKRI.
“Perintah kilat dan jelas itu pun langsung saya tindaklanjuti berasma kawan-kawan dengan segera bersiap-siap. Segala keperluan terkait penugasa telah dilengkapi dan difasilitasi satuan (Negara). Kami diberi kesempatan untuk berpamitan dengan keluarga, karena harus berpisah selama kurun 1 tahun,” terang Pelda Zuhri kala itu.
Pertengahan awal tahun, ia bersama seluruh pasukan pun tiba di Aceh. Sedangkan dirinya menempati pos di wilayah Babussalam, Aceh Tenggara. Dimana, Babussalam terhitung salah satu wilayah yang masih banyak dihuni sekaligus basis kelompok GAM.
“Baru sepekan menempati pos, saya dan teman-teman berjumlah 14 orang mendapat sambutan yang mengesankan dari kelompok GAM, yaitu serangan membabi buba ke arah pos kami. Untungnya tak ada diantara kami yang menjadi korban, kendati pos kami saat itu porak-poranda dan hancur,” kata Pelda Zuhri sembari tertawa.
Mengingat semboyan satuannya yang dikenal sebagai Satuan Tengkorak dengan motto “Daripada Menyerah Lebih Baik Mati Bercermin Sebagai Tengkorak” maka Pelda Zuhri dan kawan-kawannya sepakat untuk melakukan pengejaran dan penyapuan. Usai membersihkan pos, keesokan harinya agenda perburuan kelompok HAM yang menyerangnya pun dijalankan.
Usai sarapan mie instan dan minum kopi, Pelda Zuhri pun mulai meninggalkan pos. Bersama kawan-kawannya berjalan pelan sembari memanggul senapan serbu M-16. Diantara yang lain ada yang membawa SS-1 dan granat nanas.
Kira-kira baru 2 kilometer berjalan meninggalkan pos, Pelda Zuhri yang saat itu berjalan di barisan depan melihat sekelebat orang. Disusul dibelakangnya 2-3 orang berlari kencang. Satu diantaranya tampak membawa senjata. Ia memerintahkan seluruh kwannya berhenti, tiarap dan mencari perlindungan.
Belum hilang rasa penasarannya, tiba-tiba dari arah samping kanan terdengar suara tembakan beruntun. Beberapa peluru mengenai ranting dan pohon.
“Kontaaaaak….! target arah pukul sembilan…!” teriak Pelda Zuhri kepada rekan lainnya.
Tak ayal, hanya hitungan detik, kontak tembak tak terelakkan. Pelda Zuhri dan kawan-kawannya terlibat saling tembak dan saling bidik. Tak terhitung lagi jumlah pelor yang dimuntahkan dari senapan serbunya. Pelda Zuhri terus merangsek ke depan memburu para kelompok GAM.
“Kami tak memperhitungkan lagi berapa jumlah kekuaan lawan. Yang ada dalam benak saya dan kawan-kawan adalah bertempur hingga titik darah penghabisan. Kami tak akan mundur, terus maju dekati posisi mereka,” sambungnya.
Kontak tembak yang berlangsung sekitar 4 jam itu akhirnya membuat lawan terpojok akibat kehabisan amunisi. Hal itu karena beberapa kali serangan yang dilancarkan Pelda Zuhri tak mendapat balasan.
“Beberapa menit sepi, senyap. Tak ada tembakan balasan dari mereka (GAM). Kami pun langsung bangkit dan berjalan mendekati sasaran. Tapi kami tak menemukan apa-apa kecuali darah yang berceceran. Saya yakini bahwa beberapa dari mereka terkena tembakan kami,” urainya.
Tim Pelda Zuhri pun segera melakukan hubungan komunikasi via HT kepada satuan lainnya agar melakukan penghadangan.
“Alhamdulillah, akhirnya beberapa diantara mereka berhasil diamankan dan ditangkap. Sebagian ada yang sudah tewas akibat kehabisan darah,” pungkas Pelda Zuhri. (N2)