NYATANYA.COM, Yogyakarta – Kota Yogyakarta banyak terdapat bangunan bersejarah, salah satunya adalah masjid tua yang ada di Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta.
Masjid tua ini adalah Masjid Sela yang dibangun pada era Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pertama yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Uniknya masjid ini dibangun tidak menggunakan kayu melainkan batu di seluruh bagian bangunannya hingga atap.
Takmir Masjid Selo, Sunarwiyadi menjelaskan Masjid Sela pada awalnya digunakan oleh pangeran-pangeran Keraton dalam menunaikan ibadah shalat.
“Sedangkan warga biasa dahulu harus shalat di Masjid Gede Kauman,” bebernya di lokasi, Rabu (25/5/2022).
Meski tak lagi diperuntukkan sesuai strata sosial masyarakat sebagaimana di masa lalu, masjid ini kini dapat digunakan oleh masyarakat dari kalangan apapun.
“Masjid Sela sampai saat ini masih digunakan untuk beribadah meski usia bangunan sudah melebihi 2 abad,” katanya.
Arsitektur bangunan masjid ini menyerupai bangunan Tamansari dan Keraton Yogyakarta.
“Terkait desain ada campur tangan arsitek asal Portugis. Sosok ini pula yang turut mendesain bangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Tamansari,” bebernya.
Pada pintu masuk masjid ini di buat rendah, Sunarwiyadi mengungkapkan pembuatan pintu masuk rendah ini bukan tanpa alasan, pintu yang rendah memiliki makna filosofis, yakni memberi hormat atau menghormati.
“Karena setiap orang yang datang harus melewati pintu dengan cara menunduk, dalam budaya Jawa sikap hormat itu ditunjukkan dengan cara menunduk,” katanya.
Masjid ini memiliki luas 6 meter x 8 meter pada bangunan inti dan bisa menampung sekitar 30 jamaah, sementara dengan bangunan tambahan bisa mencapai 150 jamaah.
“Seiring berjalannya waktu dan banyaknya kegiatan di masjid ini, pihak takmir menambah ruangan di sisi kanan dan kiri untuk menambah kapasitas. Bangunan inti masih asli yang tengah, kalau kiri kanan bangunan tambahan,” jelasnya.
Dikutip dari situs kemendikbud.go.id dijelaskan, Masjid Sela dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono Itahun 1709 J (1787 M).
Pendirian masjid ini dipimpin oleh Tumenggung Mangundipuro dan di bawah pengawasan R.M. Sundara (Pangeran Adipati Anom yang kelak menjadi Hamengku Buwono II). Masjid ini sebenamya merupakan bagian dari kompleks Dalem Kadipaten atau Putra Mahkota).
Konon masjid ini seluruh bangunannya terbuat dari adonan pasir dan gamping. dan bahan perekatnya dari legen (nira).
Hasil rakitan tersebut menjadi seperti batu, tampak hitam dan keras, sehingga masjd ini dinamakan Masjid Sela (batu).
(Han/N1)