NYATANYA.COM, Yogyakarta – Dalam rangka menumbuhkan, mengangkat, mewadahi, dan mengapresiasi dunia ilustrasi di Indonesia, Bentara Budaya menggelar pameran ilustrasi bertajuk “Ilustrasiana”.
Sebuah pameran Ilustrasiana yang digagas sebagai rangkaian acara menuju 40 Tahun Bentara Budaya ini mengusung tema ‘Multikultural dari multipersonal’ dan dikuratori Beng Rahadian.
Pameran pertama telah digelar di Bogor Creative Center dengan menampilkan karya-karya 18 ilustrator dari Bogor, Depok, Jakarta, Yogya, Bandung dan lainnya.
Pameran Ilustrasiana kedua telah diselenggarakan di Galeri Yuliansyah Akbar, Urbane Indonesia, Bandung dengan enampilkan karya dari 32 ilustrator.
Yogyakarta menjadi kota ketiga yang diberi kesempatan menggelar pameran Ilustrasiana. Digelar di Bentara Budaya, Jumat (12/8/2022) dan akan berlangsung hingga 21 Agustus 2022.
Pameran yang dibuka oleh Dr St Sunardi, Dosen S3 Kajian Seni dan Masyarakat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini menampilkan karya 24 ilustrator.
Mereka adalah Alodia Yap, Andi Yudha A, Angga Yuniar S, Athonk, Chrisna Banyu, Dessaf, Emily Subroto, Fajar Sungging, Intan Jelita, Iqbal Amirdha, Isa Anshori, Iwank Yellowteeth, Jemmi Anugrah, Kamisketsa, Naja Izzah Kurniawan, Ong Hari Wahyu, Putra Eko Prasetyo, Ragil Surya Mega, Rato Tanggela, Sapto Raharjo, Terra Bajraghosa, Thomdean, Tita Larasati, dan Triyadi Guntur W.
Beng Rahadian dalam catatan pamerannya menjabar, manusia membutuhkan manusia lain sebagai model dan pewujud gagasan bersama tentang dunia.
Konsep bersama ini telah ada sejak dulu di Nusantara, kita telah berkomunikasi, bertukar hasil bumi hingga terjadi silang budaya meskipun tersebar di pulau-pulau yang berjauhan.
Kehidupan multikultural telah mengendap, berakar dan menjadi keseharian manusia Indonesia kini.
“Tema besar multikulturalisme ini kami anggap menarik dan relevan untuk diangkat kembali dalam sebuah forum karya para illustrator nasional di sebuah pameran yang digagas oleh Bentara Budaya menuju ulang tahunnya yang ke-40,” terang Beng.
Dipilihnya Yogyakarta sebagai kota ketiga yang disambangi pameran Ilustrasiana bukan tanpa alasan. Yogya merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari Bentara Budaya, maka pameran ilustrasi telah menempatkan Yogya sebagai titik utama sejak rencana pameran ini digulirkan.
“Yogya telah melahirkan banyak ilustrator yang meletakkan milestone dalam sejarah seni gambar atau Ilustrasi,” beber Beng.
Masih menurut Beng Rahadian, keunikan Yogya bukan pada keberadaan lembaga pendidikan seni yang melahirkan banyak ilustrator akademis, tapi pendidikan-pendidikan non formal yang digerakkan oleh masyarakat akar rumput.
“Seni hidup dalam keseharian masyarakat Yogya dan membentuk lingkungan sosio-kultur yang organik, dari dulu hingga kini,” imbuh Beng Rahadian yang dikenal sebagai ilurtrator, komikus, karikaturis, dan juga dosen Seni Rupa.
Keistimewaan Yogya dalam rangkaian pameran ini tentu bersanding dan berjalinan dengan keistimewaan kota-kota lain yang menjadikan pameran Ilustrasiana semakin jelas dalam menggambarkan visinya untuk memetakan perkembangan seni ilustrasi di Indonesia.
“Tidaklah berlebihan rasanya jika kita menempatkan titik simpulnya dari kota-kota yang telah dilewati dan akan dikunjungi Ilustrasiana,” pungkas Beng.
Sementara itu, salah satu peserta pameran Thomdean mengaku bangga ikut ambil bagian dalam pameran kali ini. Lewat karyanya berjudul ‘Impian Kota Nganu di Siang Hari’, Thomdean mengulik asa tentang Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Thomdean menggambarkannya dalam dua panil, mengilustrasikan siang dan malam ‘Kota Nganu'(IKN) dengan media digital canvas berukuran 90×90 cm.
“Karya ini memang terinspirasi dari IKN dalam kacamata aku, namun saya yakin penikmat akan memiliki interpretasi sendiri-sendiri,” terang Thomdean yang juga ilustrator dan karikaturis Harian Kompas.
Masih mengutip catatan Beng Rahadian di pameran ini, Ilustrasiana berusaha mempresentasikan ilustrasi sebagai seni yang mampu mengambil jarak dari teks dan perbincangan formalisme seni rupa murni dan terapan, pameran ini mengumpulkan karya yang mengutamakan kegembiraan, keterbukaan, serta kebebasan layaknya kehidupan multikultural.
(Aja)