Home / Peristiwa

Kamis, 16 Desember 2021 - 09:19 WIB

Wagub DIY Dukung Riset FK-KMK UGM Deteksi Covid Lewat Limbah

Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X mengapresiasi tim peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM yang meneliti deteksi penyebaran Covid-19 melalui air limbah. (Foto: Humas Pemda DIY)

Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X mengapresiasi tim peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM yang meneliti deteksi penyebaran Covid-19 melalui air limbah. (Foto: Humas Pemda DIY)

NYATANYA.COM, Yogyakarta – Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X mengapresiasi tim peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM yang meneliti deteksi penyebaran Covid-19 melalui air limbah.

Hal tersebut disampaikan Ketua Pusat Kajian Penelitian Kesehatan Anak-PRO FK-KMK UGM Dr. dr. Ida Safitri L, SpA(K) sesuai audiensi dengan Sri Paduka, Selasa (14/12/2021).

Dalam audiensi yang dilakukan di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, itu, dr. Ida menerangkan bahwa Sri Paduka mengatakan terobosan baru yang dilakukan ini adalah alternatif yang dapat dilakukan dalam konteks surveillance atau pelacakan dini akan sebaran virus Covid-19.

“Kami laporkan progres penelitian yang kami lakukan sejak Juli 2021, ini kerja sama berbagai pihak, tidak hanya Indonesia namun juga negara lain. Penelitian tentang limbah ini mendeteksi keberadaan virus Sars-Cov2 dari limbah. Bisa jadi alternatif ketika banyak orang terpaparan Covid-19 namun biasanya tidak memiliki gejala (Orang Tanpa Gejala),” tukasnya.

Ia menambahkan, limbah ini dapat dikatakan sebagai alternatif mengingat proses tracing seringkali mengalami kendala di lapangan.

“Tidak mudah ya untuk tracing, yang tidak bergejala kan juga kadang tidak bersedia di-Swab. Kita ambil sistem buangan limbah ini hasilnya bisa kita jelaskan mana saja yang terdeteksi virusnya dan dihubungkan dengan kasus transmisi yang ada di wilayah sekitar situ,” imbuh Ida.

Baca juga   AIRA Fashion on The Spot Digelar di JCM, 17 - 20 November 2022

Sementara itu, Peneliti Utama Surveillance Covid-19 air limbah dan lingkungan, dr. Indah Kartika Murni, M.Kes., Ph.D, mengatakan sampling penelitian dilakukan di 3 wilayah di DIY.

“Ini kita lakukan di 3 wilayah yakni di Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul dengan masing-masing 10 kecamatan. Sample-nya dari manhole, sungai, lingkungan sekitar, tempat berkerumun seperti pasar, rusunawa, masjid, dan sebagainya,” tambahnya.

Adapun sampelnya diserahkan kepada laboratorium mikrobiologi untuk diperiksa dimana prosesnya akan memakan waktu sekitar 2 hari kerja.

Indah mengatakan hal ini juga dilakukan ketika penularan Covid-19 sedang tinggi seperti bulan Juli 2021 lalu.

“Waktu itu, dengan metode ini dimana tingkat penularan mencapai 80%, yang digambarkan melalui deteksi air limbah juga hasilnya sama yaitu 80% positif. Bagusnya kalau lewat limbah itu, hasilnya bisa diketahui lebih awal dibandingkan dari hasil PCR,” ujarnya.

Untuk skema deteksi melalui limbah ini sendiri akan dilakukan ketika terjadi peningkatan sebaran virus Covid-19 di masyarakat.

Baca juga   ITDA Carnival Expo 2024, Ajang Hiburan bagi Masyarakat hingga Promosi Kampus

“Ketika ada peningkatan, maka kita lakukan deteksi. Misalnya kalau terdapat hasil positif dari limbah, di sekitar situ berarti Covid-nya masih ada. Misalnya di komunitas sudah negatif, seperti saat ini Jogja sudah menurun, tapi hasilnya malah menunjukkan masih tinggi, bisa jadi masih ada kecenderungan tinggi. Sehingga ini bisa menjadi rujukan/early warning system agar ada intervensi pengambil kebijakan supaya virusnya tidak semakin menyebar,” tukas dr. Indah.

Hal tersebut juga diamini oleh oleh dr. Ida Safitri meskipun progres penelitian telah mencapai 85%, hasil sementara telah dapat menunjukkan sisi positif.

“Harapannya kami bisa menunjukkan manfaat penelitian ini, sehingga stakeholder selanjutnya bisa menggunakan untuk kepentingan lebih lanjut. Tapi kita juga belum mengetahui biayanya lebih rendah atau tidak jika dibanding PCR. Namun bisa jadi alternatif yang lebih efektif daripada cek satu persatu dengan PCR. Apalagi ini kan mewakili beberapa rumah tangga sekaligus,” tutupnya.

Pada pertemuan tersebut hadir Peneliti Utama Surveillance Covid-19 air limbah dan lingkungan dr. Vicka Oktaria, MPH., PhD., dan Pakar Virus (virologist) Prof. dr. Titik Nuryastuti, M.Si., Ph.D.

(*/N1)

Share :

Baca Juga

Ilustrasi: nyatanya.com

Peristiwa

Jalankan Bisnis Prostitusi Online Lewat Michat, Karyawan Swasta di Purbalingga Dicokok Polisi
Komunitas Dongeng Indonesia bekerjasama dengan layanan mobil keliling Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengadakan trauma healing di Posko Penyintas Semeru, Senin (20/12/2021). (Foto: MC Kab. Lumajang)

Peristiwa

Komunitas Dongeng Indonesia Bantu Trauma Healing Penyitas Erupsi Semeru
Masjid Gede Kauman setiap harinya menyediakan 1.000 hingga 1.600 porsi takjil. (Foto: Humas Pemkot Yogya)

Peristiwa

Menanti Menu Istimewa Gulai Kambing di Masjid Gede Kauman
Sebanyak 72 warga terdampak jalur ganda rel kereta api di Solo sudah mulai mengemasi barang, untuk segera pindah menjauhi rel kereta usai mereka terima santunan yang dimulai Selasa (16/11/2021). (Foto: Diskominfo Jateng)

Peristiwa

Terima Santunan, Warga Terdampak Jalur Ganda Mulai Berkemas
Ilustrasi: nyatanya.com

Peristiwa

Mahasiswa UTY Dibakar Hidup-hidup Temannya, Tiga Pelaku Masih Diburu Polisi
Bupati Gunungkidul memanen tembakau di Purwosari. (Foto:Istimewa)

Peristiwa

Bupati Gunungkidul Panen Tembakau  68,5 Hektare
Pemkab Wonosobo menerima penghargaan prestisius skala Nasional pada ajang Puncak Penetapan Kabupaten/Kota (KATA) Kreatif Tahun 2021 yang digelar di Swissbellroom Samarinda Kalimantan Timur, Selasa (30/11/2021). (Foto: Diskominfo Kab Wonosobo)

Peristiwa

Carica dan Mie Ongklok Bawa Wonosobo Raih Penghargaan Kabupaten Kreatif 2021
Simulasi evakuasi mandiri warga Desa Kemiren Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang saat peringatan HKB 26 April 2022. (Foto: humas/beritamagelang)

Peristiwa

Semua Warga Kemiren Srumbung Pukul Kentongan, Menyelamatkan Diri dari ‘Bencana’ Gunung Merapi