NYATANYA.COM, Nusa Dua – High-Level Panel (HLP) World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Provinsi Bali dinilai menjadi momen penting untuk menyelamatkan danau melalui panel yang bertajuk Seruan Mendesak untuk Menyelamatkan Danau Kita: Mempromosikan Agenda Global dan Upaya Kolaboratif untuk Pengelolaan Danau Berkelanjutan, serta Meningkatkan Momentum Hari Danau Sedunia.
“World Water Forum kali ini merupakan momentum pentingnya sebagai kesempatan untuk berbagi pemikiran dan mengangkat isu-isu penting dalam upaya menyelamatkan ekosistem lahan basah yang unik dan bernilai tinggi, yaitu danau-danau yang sangat rentan terhadap tekanan di sekitarnya,” kata Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong, mewakili Menteri LHK, Siti Nurbaya, dalam keterangannya di Nusa Dua, Bali, seperti dilansir Rabu (22/5/2024).
Siti Nurbaya mengucapkan terima kasih atas respons positif dari berbagai pihak terhadap undangan Pemerintah Indonesia untuk menghadiri panel tingkat tinggi ini.
Sebab, danau, baik alami maupun buatan, menyediakan 87 persen dari air tawar di permukaan bumi dan merupakan sumber signifikan bagi layanan ekosistem, termasuk penyediaan air untuk konsumsi manusia, kesehatan, pangan, dan energi terbarukan.
“Danau juga memainkan peran penting dalam siklus makanan, pemurnian air, iklim, keanekaragaman hayati, serta mendukung kegiatan rekreasi dan tradisional,” ujarnya.
Menurut Siti Nurbaya, menjaga kesehatan ekosistem danau merupakan hal penting untuk mengatasi ancaman bencana terkait air, tantangan lingkungan global seperti perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Selain itu menjaga ekosistem danau mendukung pencapaian agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Developmen Goals (SDGs) 2030, terutama tujuan keenam yang menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan untuk semua.
“Tujuan keenam belum berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pada 2030, dan volume danau air tawar juga dilaporkan menurun hingga setengahnya, dengan lebih dari setengah danau terbesar di dunia mengalami penyusutan akibat tekanan besar dari penggunaan air dan cekungan yang berlebihan serta krisis iklim,” ungkap Menteri LHK.
Untuk mengatasi tantangan ini, lanjut dia, banyak negara, termasuk Indonesia, telah memulai gerakan nasional untuk menyelamatkan ekosistem danau sejak 2009, diikuti dengan pembentukan kebijakan, pedoman, dan rencana aksi untuk menyelamatkan danau-danau prioritas.
Dalam hal ini Siti Nurbaya mengapresiasi Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) atas dukungan penuh dalam mengangkat manajemen danau ke agenda global, serta berbagai upaya lainnya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pentingnya manajemen danau berkelanjutan.
“Saya mengajak semua pihak untuk mengembangkan komitmen konkret dalam tindakan kolaboratif untuk manajemen danau berkelanjutan, dengan menetapkan target dan indikator yang disepakati untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan implementasi tindakan kolaboratif itu,” pungkas Menteri LHK. (N1)
Sumber: Infopublik