NYATANYA.COM, Yogyakarta – ‘Yogya Satu Bangkit Bersama’ menjadi sebuah narasi dan pemahaman yang diharapkan mampu melahirkan model sinergi baru di masa pandemi ini. Semangat ini menjadi tema utama Sapa Aruh yang disampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X, Rabu (21/7/2021) sore di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta.
Agenda ini digelar setelah adanya keputusan Presiden RI Joko Widodo yang secara resmi memperpanjang kebijakan PPKM Darurat di Jawa-Bali selama 5 hari hingga 25 Juli 2021 dengan istilah PPKM Level 4.
Menurut Sri Sultan, jika membandingkan PPKM Darurat dengan PSBB saat diberlakukan pada awal pandemi muncul, pada dasarnya tidaklah jauh berbeda.
“Yang membedakan mungkin adalah faktor psikologis masyarakat, berupa kejenuhan (fatique) yang bagi sebagian besar rakyat kecil dirasakan sudah tak tertahankan lagi. Karena, sudah melewati batas ketahanan masyarakat,” ujar Sri Sultan didampingi Wagub DIY KGPAA Paku Alam X dan Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji.
Dalam menghadapi dilema itu, Ngarsa Dalem sebagai sosok Gubernur dan Pamong Rakyat Yogyakarta memiliki dua pandangan berbeda. Sebagai seorang Gubernur, Sri Sultan pernah memunculkan gagasan untuk mengusulkan penundaan PPKM Darurat melalui pelonggaran sementara dengan memberikan relaksasi dan nafas bagi mereka guna mencari nafkah kembali, betapa pun sulitnya. Sementara sebagai Pamong Rakyat Yogyakarta, beliau berpendapat bahwa keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi.
“Pada posisi sebagai Pamong Rakyat Yogyakarta, saya punya kewajiban menyelamatkan rakyat dengan cara dan pendekatan berbeda, namun tanpa mencederai tanggung-jawab dan kewajiban saya kepada Presiden RI dan Rakyat Yogyakarta,” jelas Sri Sultan.
Pada kesempatan tersebut, Ngarsa Dalem juga menuturkan akan mempercepat penyaluran dana sosial dari pemerintah pusat. Hal ini merupakan sebuah perwujudan filosofi ‘Salus Populi Suprema Lex Esto’ atau melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia sebagai tujuan utama pembentukan NKRI” sebagaimana juga termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
“Pemda DIY akan lebih mempercepat kelancaran bantuan sosial dari Pemerintah Pusat, baik berupa uang, sembako maupun vitamin dan obat-obatan bagi mereka yang berhak. Sedangkan dari APBD dan Danais segera dilakukan refokusing anggaran secara maksimal dengan merealokasi ke dana bantuan sebagai dampak pandemi covid serta pengadaan perlengkapan dan peralatan kesehatan yang mendesak diperlukan,” jelas Sri Sultan.
Di sisi lain, Sri Sultan menilai agar setiap permasalahan dan situasi yang dihadapi, hendaknya menjadikan manusia banyak bertawakal.
“Di hari-hari yang penuh cobaan-Nya ini, hendaklah menjadikan kita manusia yang tercerahkan secara akal, budi, dan spiritual. Akal kita menjadi jernih, emosi lebih terkendali, dan ruang spiritual mengarahkan diri kita untuk menjadi lebih cerdas, arif, lagi bijak dalam mempertimbangkan setiap kata dan perbuatan,” urai Sri Sultan.
Adapun konsekuensi yang timbul adalah manusia harus belajar kembali menaruh harapan besar untuk masa depan yang lebih baik, agar tidak merugi.
“Sudah saatnya kita mengakhiri saling berujar kebencian dalam menghadapi prahara kehidupan sekarang ini. Kita harus percaya, bahwa kebijakan perpanjangan terbatas PPKM Darurat ini, selain untuk melihat bagaimana penurunan pandemi selama masa inkubasinya, juga disertai harapan akan adanya pelonggaran bertahap. Mestinya Pemerintah juga sudah memikirkan dukungan diskresi kebijakan berikut pelaksanaannya guna meringankan beban kehidupan rakyat banyak,” jelas Ngarsa Dalem.
Untuk mengurai segala permasalahan yang terjadi serta membangkitkan atmosfer positif, Sri Sultan menilai perlu adanya sinergi dari berbagai pihak. Tak terkecuali adalah merancang skema birokrasi yang lebih efisien. Birokrasi, lanjut Sri Sultan, perlu diubah skema kerjanya dengan menggerakkan simpul-simpul organisasi birokrasi, serta menghidupkan kembali kebiasaan berpikir, mengambil inisiatif, dan bergerak maju.
“Birokrasi yang bekerja dan berprakarsa dengan cerdas, akademisi yang kreatif dengan komitmen, serta didukung oleh wirausahawan yang inovatif dan berani menantang risiko, bisa diharapkan lahirnya model sinergi baru di masa pandemi ini. Mereka inilah aktor-aktor pengubah, dan di tangan mereka pulalah standar kehidupan Rakyat Yogya ini dipertaruhkan,” tegas Sri Sultan.
Satu hal lain yang ditekankan oleh Sri Sultan adalah perlunya memiliki kejernihan berpikir di tengah situasi kompleks yang tengah terjadi.
“Memiliki kejernihan di tengah lautan kekeruhan pikiran, memiliki semangat kejuangan pantang mundur diantara masyarakat yang putus asa, memelihara serta terus menyebarluaskan virus optimisme akan hari esok yang lebih baik di tengah luapan pesimisme dan berita hoaks,” imbuh Sri Sultan.
Terkait dengan situasi dan kondisi yang tengah terjadi, masyarakat diharapkan dapat bersatu-padu meminimalisir dampak pandemi agar tak berkepanjangan.
“Bukan saatnya lagi saling menyalahkan yang pada akhirnya akan menjauhkan kemurnian. Peradaban besar, konon kata Toynbee, tak pernah dibangun oleh kerumunan orang yang saling menyalahkan dan bertempur antarsesamanya,” tukas Sri Sultan. (*)